REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, melalui program pemberdayaan omah olah pilah sampah mandiri dan berekonomi (OOPS Mami) menginisiasi pemanfaatan sampah menjadi produk bernilai ekonomi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Pekalongan Joko Purnomo mengatakan saat ini tempat pembuangan akhir di Degayu sudah overload di mana setiap hari mencapai 120 ton sampah masuk ke TPA itu.
"Oleh karena itu, sampah tersebut akan diolah agar bisa dijadikan sebagai pupuk kompos atau organik sehingga dapat menjadi hasil tambahan bagi warga," katanya.
Kota Pekalongan memiliki 20 tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, dan recycle (TPS3R) di Kelurahan Bendan Kergon, Kecamatan Pekalongan Barat, yang masing-masing tempat mengelola enam ton sampah.
Penyediaan 20 tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, dan recycle ini bertujuan untuk mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir di Degayu, Kecamatan Pekalongan Barat.
"Oleh karena itu, kami akan minta truk pengangkut sampah tidak membuang ke TPA Degayu tetapi ke TPS3R untuk diproses untuk dijadikan pupuk kompos," katanya.
Dikatakan, saat ini Pemkot Pekalongan memiliki sebuah mesin untuk memilah jenis sampah yang berasal dari masyarakat. Sampah plastik dipisah untuk dihancurkan menjadi bubur sampah kemudian akan diolah lagi menjadi media budi daya untuk larva atau maggot Black Soldier Fly (BSF).
Menurut dia, BSF adalah larva dari jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon. Dari maggot tersebut, bubur sampah akan dikonsumsi oleh maggot dan dua-tiga kali proses akan menjadi kasgot (hasil dari proses biokonversi sampah organik oleh larva maggot) yang bernilai jual tinggi sebagai pupuk organik).
"Selanjutnya, maggot (belatung) yang sudah dikumpulkan bisa dijadikan alternatif pakan untuk unggas dan ikan lele," ujar dia.