REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Kasus leptospirosis ditemukan di Kabupaten Sleman. Leptospirosis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri leptospira yang menyebar melalui air seni hewan yang terinfeksi, seperti tikus.
“Data kasus leptospirosis sampai dengan pekan ke-24 tahun 2022 ini di Kabupaten Sleman ada 19 kasus,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Khamidah Yuliati, saat dihubungi, Senin (27/6/2022).
Khamidah mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada ketika saat hujan. Genangan air yang diakibatkan oleh hujan dapat menjadi sumber penularan penyakit ini karena genangan tersebut kemungkinan telah terkontaminasi dengan air seni tikus.
“Penyakit ini biasanya banyak terjadi di daerah persawahan atau pertanian. Dari genangan air hujan itu bisa menjadi proses penularan masuknya kuman leptospirosis melalui luka di kaki. Jadi, yang kena banyak dari petani yang telanjang kaki saat di sawah atau kebun,” jelasnya.
Menurut Khamidah terdapat beberapa tanda atau gejala dari penyakit leptospirosis dimulai dari gejala ringan, seperti demam akut, nyeri kepala, malaise atau rasa lemah dengan atau tanpa mata merah, dan terdapat riwayat terpapar di lingkungan yang telah terkontaminasi minimal dua pekan sebelumnya.
Apabila gejala ringan tersebut tidak segera diatas maka dapat mengakibatkan gejala yang lebih berat lagi seperti, nyeri betis, ikterus atau kuning pada area mata, kuku, dan kulit, jumlah urin sedikit atau bahkan tidak ada dengan warna kuning pekat , muncul pendarahan, sesak napas, dan ruam kulit.
Meskipun penyakit ini jarang terjadi penularan antar sesama manusia, namun Khamidah tetap meminta masyarakat untuk tidak abai dengan gejala-gejala awal yang muncul. Apalagi jika tinggal di area pertanian yang besar kemungkinan banyak terdapat tikus di wilayah tersebut ketika musim hujan.