Senin 04 Jul 2022 15:53 WIB

Stasiun Klimatologi: DIY Sudah Memasuki Musim Kemarau

Terdapat faktor lain yang memengaruhi suhu udara menjadi lebih dingin.

Rep: c01/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Kemarau
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Kemarau

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Beberapa waktu ke belakang suhu udara di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terasa lebih dingin dari biasanya. Prakirawan Stasiun Klimatologi DIY, Sutamsi mengatakan hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yang memengaruhi perubahan kondisi iklim.

"Saat ini memang di DIY sudah masuk musim kemarau tetapi masih akan terjadi hujan di musim kemarau. Sedangkan suhu udaranya menjadi lebih dingin karena adanya gerak semu matahari. Sekarang matahari ada sebelah utara khatulistiwa sehingga intensitas radiasi di selatan khatulistiwa itu rendah atau berkurang," jelas Sutamsi saat ditemui di Kantor Staklim Senin, (4/7/2022).

Selain itu, Sutamsi menjelaskan terdapat faktor lain yang memengaruhi suhu udara menjadi lebih dingin, yaitu karena adanya dominasi angin Monsun Australia atau angin timuran di wilayah Jawa khususnya Yogyakarta. Dengan adanya dominasi tersebut yang sifatnya kering dan dingin maka berpengaruh terhadap suhu udara menjadi lebih dingin.

Menurut Sutamsi, suhu dingin pada musim kemarau kali ini masih terbilang normal. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi suhu terekstrem yang pernah terjadi mencapai 18 derajat Celsius pada beberapa tahun lalu. Sementara pekan lalu suhu udara tercatat 21 derajat Celsius dan hari ini, Senin (7/4/2022) berada pada angka 23,8 derajat Celsius.

 

Suhu dingin diperkirakan akan terus berlangsung hingga Agustus 2022 mendatang. Angin baratan akan mulai aktif pada September dan saat itu akan terjadi musim peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan. Tahun depan, durasi waktu musim hujan diperkirakan akan kembali normal seperti sebelumnya, yaitu akan berakhir pada April atau Mei.

"Untuk tahun ini bisa dikatakan musim kemaraunya memang cukup pendek tetapi potensi hujan itu akan tetap ada. Diperkirakan hujan akan terjadi di daerah yang tinggi seperti Sleman Utara dengan intensitas sedang tetapi durasinya singkat," kata Sutamsi.

Sutamsi mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga stamina tubuh untuk menghadapi suhu udara yang lebih dingin dari biasanya. Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat untuk memperbaiki saluran drainase karena masih adanya potensi hujan di musim kemarau ini sehingga tidak menimbulkan genangan air. Sutamsi juga menyarankan kepada masyarakat untuk menginstal aplikasi Info BMKG agar dapat mengetahui perubahan suhu udara yang terjadi dengan lebih akurat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement