Rabu 13 Jul 2022 16:45 WIB

Koperasi Banyumas Mulai Bangkit Setelah Terdampak Pandemi

Pemkab berupaya mengubah pola pembinaan koperasi dan UMKM.

Koperasi /ilustrasi
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Koperasi /ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono mengatakan gerakan koperasi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mulai bangkit setelah terdampak pandemi Covid-19 selama lebih dari dua tahun.

"Kemarin kan UMKM dan koperasi termasuk yang terdampak pandemi, namun sudah mulai bangkit," katanya di sela Resepsi Hari Koperasi Nasional Ke-75 di Kantor Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinnakerkop UKM) Kabupaten Banyumas di Purwokerto.

Menurut dia, banyak hal yang dapat dilakukan oleh koperasi termasuk UMKM agar tetap bisa bertahan dan berkembang, salah satunya dengan mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan. Ia mengatakan jika kualitas produk tersebut tidak bisa dipertahankan akan berdampak terhadap kerugian koperasi itu sendiri.

Dalam hal ini, dia mencontohkan kasus pengiriman empat kontainer gula kelapa kristal (gula semut) dari Banyumas ke Jerman. "Saat dilakukan pengecekan secara acak, ternyata mengandung bahan nonorganik. Empat kontainer itu tidak dibayar dan kalau mau dibawa pulang, biayanya lebih mahal, sehingga itu dibuang percuma," katanya.

Wabup mengakui jika salah satu koperasi binaannya, yakni Koperasi Integrasi Petani Organik (Kopipo) yang berlokasi di Cilongok sempat agak terpuruk akibat pandemi.

Saat sekarang, pihaknya sedang berupaya meningkatkan cakupan Kopipo yang semula skala regional menjadi nasional agar bisa menyerap produk dari berbagai daerah khususnya produk gula semut.

"Kopipo bergerak di bidang ekspor gula semut, tapi tidak menutup kemungkinan untuk produk lainnya terutama makanan organik. Saat ini sudah mulai bangkit dan sudah punya sertifikasi terkait ekspor gula semut," kata Wabup Sadewo.

Menurut dia, ada yang menarik dari keberadaan Kopipo karena salah satu buyer dari Eropa dengan nama CSR Premium siap membeli gula semut dengan harga berkisar Rp 16 ribu - Rp 17 ribu per kilogram jika perusahaan eksportir membeli langsung dari petani.

Akan tetapi jika gula semut itu dibeli melalui koperasi, pihak buyer siap menambah minimal sebesar 15 persen dari harga pembelian dan sudah dirasakan oleh Kopipo.

"Jadi kalau perusahaan eksportir itu beli dari Kopipo, tidak lagi dengan harga Rp 17 ribu per kg, tapi ditambah sedikitnya 15 persen, sehingga selebihnya sebagai keuntungan bagi koperasi," katanya.

Wabup mengatakan pihaknya saat sekarang sedang berupaya mengubah pola pembinaan koperasi dan UMKM yang tidak lagi hanya pelatihan, juga sampai ke pemasaran.

"Jangan sampai dilatih, dilatih, tetapi tidak ada yang beli, ngapain. Jadi sekarang sedang disiapkan untuk itu, termasuk digital marketing," jelas dia.

Sementara itu, Kepala Dinakerkop UKM Kabupaten Banyumas Joko Wiyono mengatakan secara umum, kendala yang dihadapi koperasi pascapandemi adalah bagaimana membangkitkan semangat agar bisa menggairahkan koperasi.

Oleh karena itu, kata dia, dalam peringatan Hari Koperasi 2022, pihaknya melakukan banyak kegiatan yang dapat memberikan rangsangan agar para pelakunya bergembira untuk membangkitkan koperasi.

"Selama pandemi kemarin, sekitar 47 persen koperasi mengalami kegoyahan dan sisanya agak goyah. Tapi yang fight masih ada, sekitar 15 persen, dan sekarang semuanya sudah mulai bangkit, bergairah," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement