REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gotong royong disebut menjadi kunci bagi keberhasilan Jawa Tengah dalam menurunkan angka kemiskinan yang sempat melonjak akibat pandemi Covid-19.
Sebab sinergi partisipasi sosial tersebut berjalan efektif dalam mendukung strategi yang disiapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah untuk menangani kemiskinan di daerahnya.
Pengamat Sosial Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sujito, Jawa Tengah mampu membangun sebuah kesadaran komunitas dan solidaritas untuk saling menguatkan dan bergotong royong.
Khususnya dalam menangani gelombang krisis serta berbagai situasi yang serba sulit dalam waktu yang relatif cepat, setelah pandemi Covid-19, sepanjang 2020 hingga 2021.
"Gotong royong dan partisipasi sosial masyarakat inilah yang menurut saya menjadi kunci bagi keberhasilan Jawa Tengah dalam menurunkan angka kemiskinan" jelasnya, Ahad (17/7/2022).
Lebih lanjut Arie juga mengungkapkan, strategi pemberdayaan partisipasi sosial ini sangat terlihat pada saat badai pandemi Covid-19 melanda negeri ini, tak terkecuali di wilayah Jawa Tengah.
Gubernur Jawa Tengah merespons situasi ini dengan mempopulerkan gerakan 'Jogo Tonggo' atau yang dalam implementasi saling menjaga dan menguatkan antar warga di lingkungan sosialnya masing-masing.
Untuk mendorong kebangkitan dari situasi pendemi pun, masih lanjutnya, tidak hanya masyarakat di lingkungan sosial yang dilibatkan, namun juga swasta melalui program- program CSR-nya.
Dengan begitu, Kegiatan CSR swasta dapat dapat in line dengan agenda strategis daerah dan dampaknya cukup positif. "Buktinya, Jawa Tengah mampu menyumbang penurunan angka kemiskinan tertinggi nasional," katanya.
Arie pun sepakat jika cara atau pola penanggulangan kemiskinan yang dilakukan di Jawa Tengah dengan konsep gotong royong ini dapat dijadikan contoh sekaligus kiat dalam menangani kemiskinan.
Dalam waktu singkat, Jawa Tengah mampu mengatasi persoalan yang sangat krusial itu. Maka sudah semestinya apa yang sudah dilakukan di Jawa Tengah bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain.
"Pesannya, bahwa kemiskinan itu tidak semata- mata tanggung jawab pemerintah, tapi juga mengajak masyarakat maupun pihak swasta (bersama-sama) berperan menjadi problem solver," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Jawa Tengah menjadi provinsi penyumbang penurunan angka kemiskinan tertinggi nasional. Dari 432,5 ribu penurunan angka kemiskinan nasional pada Maret 2022, Jawa Tengah menyumbangkan angka hingga sebesar 102,57 ribu jiwa.
Terpisah, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah, Agung Tejo Prabowo menyampaikan, gotong-royong menjadi cara yang efektif untu menurunkan angka kemiskinan di Jawa Tengah.
Menurutnya, menurunkan angka kemiskinan tidak akan efektif kalau hanya mengandalkan pemerintah saja dan pasti tidak akan sanggup. Untuk itu Pemprov Jawa Tengah juga menggandeng swasta, filantropi, Baznas dan komponen masyarakat lainnya.
Agung menerangkan, konsep gotong royong ini dapat berjalan sangat baik di Jawa Tengah. Misalnya, saat pandemi, banyak bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang diberikan.
Seperti membangun rumah tidak layak huni (RTLH), program jambanisasi, penyambungan listrik dan sebagainya yang dilaksanakan dengan konsep gotong royong bersama elemen masyarakat.
Selain itu, juga dilakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Upaya peningkatan sektor besar seperti investasi maupun sektor ekonomi kecil seperti UMKM juga terus didorong. "Terlebih UMKM ini mampu memberikan dampak besar dalam pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah," kata Agung.