REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Ekonom Universitas Airlangga (Unair) Rossanto Dwi Handoyo menjelaskan, kenaikkan harga minyak dunia sangat berpengaruh terhadap harga minyak dalam negeri. Sebab Indonesia memiliki ketergantungan minyak yang sangat tinggi terhadap impor. Menurutnya, kenaikan harga minyak akan menggerus kemampuan Indonesia untuk menstabilkan harga minyak dalam negeri.
"Selain itu kenaikan minyak akan meningkatkan inflasi secara umum," ujarnya, Selasa (19/7/2022).
Rossanto menyatakan, Indonesia memang mengekspor minyak. Akan tetapi impor minyak lebih besar dari pada ekspornya. Hal ini menyebabkan Indonesia masuk dalam kategori negara net importir oil atau negara pengimpor bersih.
“Negara pengimpor bersih adalah negara dengan impor lebih banyak daripada ekspornya,” kata Rossanto.
Bagi negara net importir oil, lanjutnya, kenaikan harga minyak dunia akan menggerus kemampuan negara dalam menstabilkan harga minyak dalam negeri. Tidak semua negara mentransfer sepenuhnya harga minyak di luar negeri ke dalam negeri.
“Jadi akan ada subsidi yang diberikan oleh negara kepada masyarakat dalam negeri untuk memastikan bahwa harga minyak terjangkau di dalam negeri,” ujarnya.
Rossanto menjelaskan, ada kalangan produsen yang harus membayar harga minyak sama dengan harga minyak internasional. Hal ini terutama untuk pabrik industri menengah dan besar. Mereka tidak diperkenankan menikmati harga minyak atau BBM yang bersubsidi dari pemerintah.
Bagi industri, lanjutnya, kenaikan harga minyak dan BBM akan mendorong kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi kemudian akan ditransfer ke dalam harga output yang dihasilkan industri. “Kenaikan harga output industri akan turut mendorong kenaikan harga barang secara umum sehingga inflasi turut akan naik,” ujarnya.