Rabu 20 Jul 2022 16:19 WIB

Para Blantik Merana, Pemkab Semarang Pertimbangkan Perpanjangan Penutupan Pasar Hewan

Hampir tiga bulan para blantik tidak dapat beraktivitas di pasar hewan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Para Blantik Merana, Pemkab Semarang Pertimbangkan Perpanjangan Penutupan Pasar Hewan (iustrasi).
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Para Blantik Merana, Pemkab Semarang Pertimbangkan Perpanjangan Penutupan Pasar Hewan (iustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Para blantik (perantara jual beli hewan ternak) di Kabupaten Semarang belum bisa tersenyum. Pasalnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang masih  mempertimbangkan untuk memperpanjang penutupan seluruh pasar hewan di daerahnya.

Kebijakan ini diambil terkait dengan upaya pencegahan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di Kabupaten Semarang yang sampai hari ini belum kunjung terkendali. Bahkan jumlah penularan penyakit pada hewan ternak ini kian menjadi- jadi.

Baca Juga

Sejauh ini, hampir tiga bulan para blantik tidak dapat beraktivitas di pasar hewan yang ada di Kabupaten Semarang. Karena Pemkab Semarang masih menutup pusat kegiatan ekonomi para blantik serta  para penjual hewan- hewan ternak tersebut.

"Terhitung sejak 22 Mei 2022 lalu, semua aktivitas pasar hewan ditutup, sejak itu pula, kami tidak dapat beraktivitas," ungkap salah seorang blantik asal Ambarawa, Kabupaten Semarang, Budiman (52) kepada Republika, Rabu (20/7/2022).

 

Keluhan yang sama juga disampaikan oleh Danang Prasetyo (36), salah seorang blantik sapi lainnya di wilayah Kecamatan Ambarawa. Ia menginginkan agar Pemkab Semarang segera membuka kembali aktivitas jual beli hewan ternak di pasar hewan.

Sebab, selama penutupan pasar hewan diberlakukan, para blantik  juga kesulitan untuk memutar uang dan mencari sapi untuk dijual. Biasanya jika pasar hewan buka, ia tinggal memilih, membeli dan kemudian menjual kepada para peternak lain yang membutuhkan.

Kalau pasar hewan masih tetap ditutup, para blantik harus mencari sapi hingga ke desa- desa dan masih harus menanggung biaya transportasi. Sehingga keuntungan yang didapat --untuk saat ini-- menjadi 'tipis' setelah dikurangi biaya transportasi, perawatan dan lainnya.

Danang juga mengakui, wabah PMK yang masih terus menyebar dan  penutupan pasar hewan di Kabupaten Semarang sangat mempengaruhi omset para blantik. Sebab beberapa kali permintaan sapi harus ditolak karena mereka tidak mampu menyediakan.

Kalau pasar hewan dibuka, sebenarnya ia dan para blantik lainnya tidak akan mengalami kendala  untuk memenuhi permintaan hewan ternak sapi tersebut. "Namun belakangan masih dipertimbangkan untuk diperpanjang lagi," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu mengungkapkan, Pemkab Semarang masih melihat risiko penyebaran PMK yang saat ini semakin meluas.

Maka perpanjangan masa penutupan pasar hewan yang ada di Kabupaten Semarang sedang dipertimbangkan lagi. “Karena risiko penyebaran PMK pada hewan ternak bakal semakin tinggi,” tegasnya.

Berdasarkan data Dispertanikap Kabupaten semarang, lanjutnya, sebanyak 5.361 ekor hewan ternak di daerahnya telah terindikasi PMK  sampai dengan awal pekan ini.

Hingga Selasa (19/7) kemarin, total hewan ternak yang tertular virus PMK di Kabupaten Semarang mencapai 34 ekor per hari. “Dua ekor ternak di antaranya dilaporkan mati,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement