REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Kaum perempuan memiliki peran yang sangat vital dan menjadi garda terdepan terutama dalam melindungi keluarga, anak, dan lingkungan sekitarnya dari paham radikalisme dan terorisme. Apalagi paham tersebut kini mulai menyasar kepada anak di usia dini.
"Perempuan memiliki posisi yang sangat vital dalam keluarga, komunitas, bahkan masyarakat secara luas. Karena kaum perempuan memiliki peran strategis dalam membentengi keluarga dan masyarakat dari segala bentuk penyebaran radikalisme dan terorisme," kata Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI, Mayjen TNI Nisan Setiadi pada acara dialog bertajuk ‘Perempuan TOP (Teladan, Optimis dan Produktif) Viralkan Perdamaian’, yang berlangsung di Komplek Gubernur Lampung, Bandar Lampung, Rabu (27/7/2022)
Acara dialog ini digagas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Lampung, ini dihadiri oleh kurang lebih 100 perempuan dari berbagai unsur suku, agama dan latar belakang yang ada di Provinsi Lampung.
Nisan juga menyampaikan bahwa para perempuan khususnya ibu, diharapkan dapat membekali dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada anak, keluarga dan masyarakat secara luas.
"Perempuan atau ibu adalah pendidikan pertama dan utama bagi anak, sehingga diharapkan dapat membekali lingkungannya dengan nilai wawasan kebangsaan, wawasan keagamaan dan kearifan lokal dalam keluarga yang menjadi sangat efektif dalam mencegah penyebaran paham radikal," ujar alumni Akmil tahun 1988 ini.
Dikatakan mantan Komandan Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud) Kodiklatad ini, terorisme sendiri menjadi ancaman bagi peradaban modern dan merupakan kejahatan bagi perdamaian dan keamanan umat manusia.
"Mohon maaf, teroris bukan agama. Teroris, ya teroris, artinya berbuat kekerasan. Terorisme membajak agama, semua agama melarang dan tidak menghendaki kekerasan," terang perwira tinggi yang pern ah menjabat sebagai Danrem 084/Bhaskara Jaya ini.
Pasalnya, berdasarkan pada hasil survei yang dilakukan oleh BNPT di tahun 2020 lalu menyatakan bahwa faktor yang paling efektif dalam mereduksi potensi radikalisme secara berturut-turut adalah inseminasi sosial media, internalisasi kearifan lokal, perilaku kontra radikal dan pola pendidikan keluarga pada anak.