REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Seiring dengan cakupan vaksinasi hewan ternak berisiko yang semakin bertambah, kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Provinsi Jawa Tengah dilaporkan terus menunjukkan penurunan.
Momentum yang baik ini bakal dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng guna mempecepat prlaksanaan vaksinasi PMK dosis kedua terhadap hewan-hewan ternak berisiko.
"Terlebih pemprov kembali mendapatkan kuota vaksin PMK dosis kedua hingga 60 ribu dosis dari Kementerian Pertanian RI," ungkap Skretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng, Sumarno di Semarang.
Ia mengatakan, hingga saat ini, program vaksinasi PMK dosis pertama di Jateng telah mencapai lebih dari 99 persen. Di sisi lain kasus PMK pada hewan ternak di daerahnya juga terus mengalami penurunan.
Guna mempercepat realisasi vaksinasi tahap kedua, pemprov bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk TNI/Polri. Karena tantangan dalam melaksanakan vaksinasi PMK relatif cukup besar.
Karena vaksinator perlu mendatangi tempat hewan yang akan disuntik. Sementara pelibatan unsur TNI/Polri karena jangkauan personel Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang luas dan ada di tiap- tiap desa/kelurahan.
"Mereka juga menguasai wilayah hingga memungkinkan untuk dilibatkan dalam mendukung pelaksanaan program vaksinasi PMK di tengah-tengah masyarakat," tegas Sumarno.
Tak hanya dalam pelaksanaan vaksinasi PMK, para Babinsa maupun Bhabinkamtibmas selama ini juga telah terlibat aktif dalam berbagai sosialisasi pencegahan dan penularan PMK pada hewan ternak.
Karena peran Babinsa dan Bhabinkamtibmas ini pula, informasi sosialisasi dan ketika ada kejadian tahu terlebih dahulu. "Sehingga langkah-langlah penanganan oleh pemerintah menjadi lebih cepat," lanjutnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Jateng, Agus Wariyanto menambahkan, pelibatan Babinsa dan Bhabinkamtibmas menjadi bagian dari upaya sinergi dalam percepatan vaksinasi PMK.
Sesuai ketentuan, di lapangan (pemegang kendali) tetap dokter hewan dan medis. Namun untuk pelaksanaan vaksinasi hewan ternak tidak cukup dilakukan hanya oleh satu orang petugas (vaksinator).
Sebab dalam pelaksanaan vaksinasi harus ada petugas khusus yang yang membantu menjaga hewan ternak agar tidak berontak dan harus ada petugas khusus yang melakukan penyuntikan vaksin," ungkapnya.
Agus juga mengamini, saat ini tren penularan PMK di Jateng mulai menunjukan penurunan, setelah sebelumnya sempat terjadi penularan yang masif di wilayah setempat.
Di mana penularan PMK per hari saat ini berkisar 200 kasus, sementara suspect PMK sekitar 56 ribu dalam waktu hanya sekitar tiga bulan.
Di lain pihak jumlah vaksinasi PMK untuk dosis pertama telah mencapai 135 ribu atau telah sekitar 99,5 persen. Hal ini dapat tercapai karena pemprov telah melaksanakan berbagai upaya akselerasi.
Penambahan kasus PMK yang mencapai 200 ekor hewan ternak rata-rata per hari relatif telah mengalami penurunan. "Sebelumnya, rata- rata penularan PMK di Jateng pernah mencapai 1.400 ekor per hari," ujarnya.