REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Supply Chain Management (SCM) jadi aktivitas yang meliputi pembelian, manufaktur, logistik, distribusi, pemasaran, menjalani fungsi memberi nilai kepada pelanggan akhir. Fungsi SCM di perusahaan-perusahaan industri sangat penting.
Kapus Penelitian Otomotif Fakultas Teknik dan Lingkungan Buatan Universiti Kebangsaan Malaysia, Prof Dzuraidah Abd Wahab mengatakan, SCM bisa mengurangi siklus produk, mengurangi biaya pengembangan, dan meningkatkan kualitas produk.
Tapi, jika tidak melihat lingkungan dan sosial menyebabkan kerusakan lingkungan seperti limbah beracun ke sungai yang berdampak buruk ke ekosistem lingkungan. SCM memengaruhi lingkungan berdasar energi dalam proses pembuatan bahan baku.
Penggunaan energi terbarukan tidak efektif karena dari energi itu menghasilkan limbah lebih banyak dan berbahaya. Penggunaan energi terbarukan terbatas pula. Karenanya, banyak negara menggunakan sumber daya diperbarui dan terbarukan.
"Contohnya, energi surya merupakan pilihan bagus untuk negara-negara di Asia Tenggara," kata Dzuraidah, Senin (15/8).
SCM mulai berevolusi menciptakan sistem ekonomi sirkular yang baik bagi industri tapi tetap memperhatikan lingkungan sekitar. Dari supply chain tradisional, yang berkonsentrasi ke biaya dan pengendalian produk akhir tanpa pertimbangkan efek ekologis.
Evolusi lagi jadi Green Supply Chain yang terintegrasi dan dioptimalkan secara ekologis berfokus keramahan lingkungan, bahan baku, dan produk. Berevolusi lagi jadi Sustainable Supply Chain mempertimbangkan lingkungan ekonomi dan sosial.
Tahapan implementasi Sustainable Supply Chain, salah satunya mendesain ulang produk. Mempertimbangkan mengurangi konsumsi energi dan limbah sepanjang siklus produk dan menghilangkan komponen atau bahan untuk mempercepat rantai pasok.
"Serta, mengonfigurasi ulang manufaktur dengan membatasi penggunaan bahan pencemar dan bahan beracun," ujar Dzuraidah dalam webinar Internasional Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (UII).
Meski begitu, sistem ini menuntut pemasok harus beradaptasi dengan perubahan dan biaya implementasi yang mahal. Hal tersebut dapat diatasi jika Indonesia mampu menerapkan supply chain berkelanjutan di industri dengan dukungan pemerintah.
Dosen FTI UII, Dr Melinda Fitriani Nur Maghfiroh menuturkan, webinar berfokus kepada evolusi perubahan pasokan untuk kelestarian lingkungan. Ia mengingatkan, ekonomi sirkular jadi alternatif sistem dengan bahan mentah disimpan lebih lama.
"Dapat digunakan beberapa kali, sehingga meminimalkan input sumber daya dan menghasilkan timbunan limbah yang lebih sedikit," kata Melinda.