REPUBLIKA.CO.ID,JEPARA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mengimbau pengelola gedung perkantoran untuk rutin menggelar simulasi gempa ataupun kebakaran sebagai mitigasi bencana.
"Simulasi gempa tersebut, bertujuan untuk membiasakan diri langkah yang ditempuh dalam melakukan perlindungan diri dan evakuasi pada saat terjadinya bencana gempa bumi," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara Arwin Noor Isdianto menanggapi adanya gempa di Jepara, Senin (15/8/2022).
Untuk itulah, kata dia, masyarakat harus terus diedukasi serta mempersiapkan diri melalui langkah-langkah mitigasi guna meminimalkan dampak ketika terjadi gempa dengan cara berlatih secara rutin melalui simulasi evakuasi bencana.
Dengan rutin digelarsimulasi gempa, diharapkan masyarakat akan teringat ketika terjadi bencana itu, memiliki naluri untuk menyelamatkan diri sesuai simulasi yang diikuti sebelumnya.
Menurut dia, simulasi gempa bumi bisa digelar setahun sekali, terutama setiap pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB).
Ia mengakui sudah ada beberapa instansi yang menggelar simulasi bencana gempa bumi dan kebakaran, namun harus rutin digelar agar tidak mudah lupa karena bencana alam tidak bisa diantisipasi mengingat peristiwanya juga tidak tentu waktunya.
"Hari ini (15/8) sesuai rilis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Jepara diguncang gempa dengan magnitudo 5,3," ujarnya.
Akan tetapi, kata dia, karena lokasinya berada di laut dengan kedalaman yang cukup dalam sekitar 566 kilometer, sehingga tidak dirasakan masyarakat.
Ia mengakui sudah berkoordinasi dengan masyarakat yang ada di Pulau Karimunjawa, namun mereka tidak ada yang merasakan gempa tersebut.
"Termasuk yang ada di Kota Jepara juga tidak merasakan gempa yang diperkirakan terjadi pukul 18.10 WIB itu," ujarnya.
Peristiwa gempa yang terjadi di Kabupaten Jepara, kata dia, tercatat sudah empat kali terjadi, sehingga masyarakat memang perlu melakukan simulasi gempa bumi.