REPUBLIKA.CO.ID,PASURUAN -- Lembaga riset The Center for International Forestry Research (CIFOR) dan The International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) atau World Agroforestry Indonesia menggelar lokakarya nasional membahas pengelolaan terpadu Daerah Aliran Sungai (DAS) Rejoso, Pasuruan, Jawa Timur. Managing Director CIFOR-ICRAF, Robert Nasi menyatakan, manajemen kolaborasi menjadi kunci dalam pengelolaan DAS Rejoso di Kabupaten Pasuruan.
Robert Nasi melanjutkan, apa yang sudah dilakukan di DAS Rejoso, yaitu membangun hubungan baik antar berbagai pihak yang terlibat, akan dapat menghasilkan dampak jangka panjang, utamanya bagi kelestarian DAS. "Dimulai dengan adanya kerja sama dan komitmen dukungan jangka panjang dari berbagai pihak," ujarnya, Selasa (23/8).
Direktur CIFOR-ICRAF Indonesia, Sonya Dewi menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Program Rejoso Kita. Program tersebut menjalankan skema pembayaran jasa lingkungan hidup, pengenalan teknologi budi daya padi ramah lingkungan, percontohan konstruksi sumur bor yang aman dan benar, serta penguatan kelembagaan Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Kabupaten Pasuruan atau FDP.
"Upaya membangun hubungan antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta dalam pengelolaan DAS sudah berhasil dibangun di Kabupaten Pasuruan," kata Sonya.
Ia menjelaskan, upaya konservasi yang dilakukan para petani peserta program terbukti dapat meningkatkan infiltrasi air hujan di wilayah hulu dan tengah DAS Rejoso. Program budi daya padi ramah lingkungan dan pembangunan sumur bor dengan konstruksi yang baik juga berpengaruh untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air.
"Kemudian keberadaan dan kiprah FDP akan memberi dampak terhadap keberlanjutan program-program yang sudah dilakukan secara terpadu, terukur, dan inlusif, sehingga bisa diperoleh hal baik dalam penataan DAS," kata Sonya.
Direktur Sustainable Development Danone Indonesia, Karyanto Wibowo menekankan pentingnya kerja sama multi pihak terkait upaya konservasi DAS. Ia pun menegaskan kesiapannya untuk terus terlibat dan menjadi bagian dari solusi tersebut.
“Itulah sebabnya kami juga menjadi bagian Forum DAS Pasuruan untuk berkonstribusi dalam aksi bersama merestorasi DAS Rejoso dan DAS-DAS lainnya, sehingga kondisinya pulih dan dapat terus memberikan manfaat,” kata Karyanto.
Ketua Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Kabupaten Pasuruan atau FDP, Heru Farianto, mengingatkan, anugerah sumber daya air melimpah yang dinikmati masyarakat Kabupaten Pasuruan dapat hilang. Ia mencomtohkan debit mata air Umbulan yang pernah mencapai sekitar 6.000 liter per detik, saat ini tinggal sekitar 4.000 liter saja.
"Masih ada banyak permasalahan di DAS Rejoso yang perlu ditangani seperti alih fungsi lahan hutan menjadi pertanian, pemukiman, juga tambang. Bila hujan terjadi, air tidak bertahan lama. Malah menyebabkan erosi dan sedimentasi. Muncul masalah kualitas air,” ujarnya.
Heru yang juga menjabat kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan berharap semua pihak dapat ikut andil dalam pengelolaan sembilan DAS di Kabupaten Pasuruan. Keterlibatan dapat dilakukan sesuai kemampuan dan kewenangan masing-masing, namin dalam suatu manajemen kolaborasi multi pihak.