REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan formula gel timolol maleate. Tim yang dipimpin Prof Retno Danarti ini dikembangkan sebagai terapi baru untuk penyembuhan tumor pembuluh darah hemangioma infantil.
Tumor jinak ini paling sering ditemukan kepada bayi dan anak, didapatkan sekitar 4-10 persen bayi pada tahun pertama kehidupan. Retno menerangkan, mereka memberi terapi timolol maleate kepada pasien-pasien dengan tumir jinak pembuluh darah.
"Yang menunjukkan perbaikan lesi setelah 6 bulan pemakaian topikal," kata Retno, Ahad (28/8).
Sampai saat ini, penyebab dari hemangioma infantil belum diketahui secara pasti. Tumor ini biasanya ditemukan ketika lahir berupa bercak kemerahan yang semakin lama semakin membesar, lalu ditangani dengan terapi menggunakan obat topikal.
Walau tidak membahayakan kehidupan dan kadang mengecil sendiri, tumor yang letaknya di permukaan ini bisa membawa dampak psikologis ke orang tua dan anak. Serta, mengganggu penampilan bila terletak di wajah atau area yang terlihat.
Obat yang telah digunakan secara luas untuk terapi merupakan krim kortikosteroid yang mudah didapatkan dengan biaya yang terjangkau. Meski begitu, penggunaan kortikosteroid hanya menunjukkan respon baik kepada 30 persen pasien.
"Dengan diketahuinya banyak efek samping kortikosteroid dan respon yang kadang gagal atau kurang baik, diperlukan alternatif terapi topikal lain," ujar Retno.
Tim mulai meneliti terapi ini usai ikuti World Congress of Pediatric Dermatology di Bangkok pada 2009. Saat itu salah satu pembicara mempresentasikan terapi baru untuk hemangioma infantil, yaitu preparat beta blocker oral dan topikal.
Lalu, tim mencari data pasien terdiagnosis hemangioma infantil dan meneliti pendahuluan selama sekitar delapan bulan. Mereka memberikan obat tetes mata timolol maleate 0,5 persen, untuk menurunkan tekanan bola mata pasien glaukoma.
Sebagai suatu beta bloker non selektif untuk pasien-pasien dengan diagnosis hemangioma infantil. Perlakuan ini diberikan selama enam bulan, dievaluasi setiap 1 bulan. Dari penelitian yang dilakukan pada rentang waktu 2009-2014.
Pemberian obat selama enam bulan dapat menghambat berkembangnya tumor dan memicu terjadinya pengecilan tumor. Pemberian timolol maleate topikal berbentuk tetes mata mendapatkan respon 90 persen, meski kadang tidak didapat resolusi sempurna.
"Keuntungan pemakaian timolol maleate secara topikal harga relatif murah, pemakaian mudah dan resiko minimal dari kejadian efek samping obat meski diberikan kepada wajah dan area sekitar mata," kata Retno.
Setelah menyelesaikan riset awal, saat ini tim peneliti tengah mengembangkan formula gel timolol maleate nanopartikel sebagai kandidat terapi topikal hemangioma infantil superfisial. Bentuknya gel memiliki kelebihan dari tetes.
Pelepasan obat timolol maleate dapat dikontrol (sustained release), sehingga konsentrasi obat tetap konstan dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, untuk frekuensi pemakaian dapat dikurangi menjadi hanya satu kali dalam satu hari.
Dibanding dua kali sehari penggunaan produk tetes dan obat berbentuk gel, tidak mudah menetes ke kulit normal saat dioleskan. Bila ditemukan formulasi optimal dan diuji penetrasi ke kulit, akan digandeng pabrik farmasi untuk produksi gel.
"Dan diberikan kepada pasien setelah mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik FK-KMK UGM," ujar Retno.