REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi menilai, demokrasi masih menjadi pilihan utama masyarakat dunia. Hal ini tampak dalam Democracy Perception Index, yang menyebutkan 84 persen responden global memilih demokrasi untuk negaranya.
"Demokrasi di tingkat global mengalami berbagai tantangan, namun kepercayaan masyarakat dunia masih tetap tinggi," kata Retno dalam Seminar Nasional 'Menuju Demokrasi Berkualitas' yang diselenggarakan di Balai Senat UGM.
Retno memberikan paparan terkait perkembangan demokrasi dunia. Ia merasa, demokrasi bukan merupakan tugas yang mudah. Bahkan, berbagai penelitian menyatakan bahwa demokrasi global mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.
Pandemi Covid-19 membawa tantangan bagi demokrasi dunia. Ini menjadi salah satu penyebab kemunduran demokrasi, di samping persoalan-persoalan lain seperti kebebasan media, supremasi hukum, dan diskriminasi terhadap imigran.
Pada awal pandemi negara demokrasi dianggap tidak mampu merespons secepat negara tidak demokratis. Meski begitu, Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi dinilai berhasil mengatasi, bahkan mendapat apresiasi pemimpin-pemimpin dunia.
Meski masih terdapat berbagai kekurangan, Retno menilai, masyarakat Indonesia perlu berbangga terhadap kualitas demokrasi di Indonesia. Terlebih, peringkat demokrasi Indonesia mengalami kenaikan 12 peringkat dari posisi 64 ke posisi 52.
"Tidak berlebihan kalau saya menyampaikan demokrasi Indonesia tetap ada karena kita bisa menghasilkan manfaat dari demokrasi itu," ujar Retno.
Ia menekankan, demokrasi memang bukan tujuan akhir, tapi sarana menuju. Nasib demokrasi bergantung sejauh mana memberi manfaat masyarakat, sehingga tidak ada pilihan lain, selain memperkuat demokrasi dan memastikan bisa dinikmati merata.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD, salah satu manfaat demokratisasi bisa dilihat situasi sebelum dan setelah reformasi. Demokrasi merupakan pilihan terbaik, demokrasi harus terus dibangun.
"Demokrasi tidak selalu baik, tapi dia adalah yang paling baik dari pilihan lain yang ada," kata Mahfud.
Seminar dibuka Wakil Ketum PP KAGAMA, Budi Karya Sumadi. Selain Retno, seminar diisi Menkopolhukam Mahfud MD selaku pembicara kunci, Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Guru Besar UIN Suka Prof Amin Abdullah dan peneliti CSIS Prof Kristiadi.
Sesi kedua diisi Kepala PSKP UGM Ahmad Munjid, dosen FEB UGM, Rimawan Pradiptyo, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Siti Ruhaini Dzuhayatin, Warek UGM Dr Arie Sudjito. Rektor UGM, Prof Ova Emilia berharap, ini bisa jadi usaha bersama. "Dalam mengembangkan demokrasi berkualitas untuk memenuhi hak martabat masyarakat," ujar Ova.