Selasa 06 Sep 2022 08:58 WIB

Mahasiswa UGM Kembangkan Pemagnetisasi Air Irigasi Perkebunan

Teknologi ini dapat meningkatkan kualitas sistem irigasi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Alat pemagnetisasi air atau magnetized water device yang dikembangkan tim mahasiswa UGM..
Foto: Dokumen
Alat pemagnetisasi air atau magnetized water device yang dikembangkan tim mahasiswa UGM..

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penerapan Iptek (PKM-PI) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menerapkan teknologi pemagnetisasi air atau magnetized water device. Tim yang terdiri dari lima mahasiswa ini menerapkan ke agrowisata di Bantul, Jogja Anggur.

Tim terdiri dari empat mahasiswa Fakultas Teknik ada Maulana Istar, Aristo Bima, Petrus Kurniawan Kleden dan Muhammad Naufal Rozaan, serta mahasiswa dari Fakultas Pertanian, Hanin Aulia Rahma. Tim dibimbing Dr Nur Abdillah Siddiq.

Teknologi pemagnetisasi air yang telah banyak dikembangkan berbagai negara ini dapat meningkatkan kualitas sistem irigasi di perkebunan. Sayangnya, sampai saat ini di Indonesia sendiri teknologi tersebut masih cukup awam dalam penerapannya.

Maulana mengatakan, penggunaan alat ini membuat molekul air lebih halus dan terstruktur, sehingga mempercepat penyerapan air oleh akar. Lalu, pertumbuhan tanaman lebih cepat baik dari segi batang, akar, daun, bunga, dan dari segi buah.

Kemudian, tanaman menjadi lebih resistan terhadap patogen seperti powdery mildew dan hama trips. Maulana menerangkan, meskipun teknologi ini bukan hal yang baru, dalam hal ini tim melakukan berbagai pengembangan sesuai dengan kebutuhan mitra.

Ia menekankan, kebaruan dari pemagnetisasi air yang mereka rancang itu merupakan integrasi dengan sistem pendingin temperatur air dan sistem elektronis. Hal itu berperan sebagai sumber energi untuk pengoperasian peralatan dari panel surya.

"Alat ini sebenarnya sudah ada, kami rancang lebih lanjut untuk inovasi dengan sistem pendingin dan elektroniknya. Hal ini disesuaikan juga dengan kebutuhan mitra dari Jogja Anggur," kata Maulana.

Pimpinan Agrowisata Jogja Anggur, Danang mengungkapkan, hama trips dan powdery mildew memang menjadi persoalan yang masih banyak ditemukan di kebun. Selain itu, ada beberapa kendala yang juga kerap terjadi terkait penyiraman tanaman.

Apalagi, lanjut Danang, kadang-kadang terjadi pula pemadaman dadakan, sehingga mereka tidak dapat menyiram tanaman. Danang berharap, penerapan teknologi pemagnetisasi air ini mampu memecahkan permasalahan yang ada di mitra.

Dari hasil pemantauan sementara setelah penerapan, penyiraman tanaman di Jogja Anggur menggunakan teknologi ini berhasil mempercepat pertumbuhan tanaman. Hasil tersebut bisa dilihat karena ada perbedaan signifikan dari penyiraman air biasa.

"Kecepatan ini dilihat dari jumlah daun dan tinggi batang pada bibit tanaman anggur," ujar Danang.

Dengan perbaikan kualitas tanaman, penerapan teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan profit yang didapatkan mitra-mitra mereka pada waktu mendatang.

Petrus menambahkan, penerapan teknologi ini dapat meningkatkan kualitas tanaman. "Sehingga, dapat meningkatkan produktivitasnya," katanua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement