REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggandeng 1.000 bidan di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mempercepat penurunan angka stunting di Tanah Air.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyomengatakan intervensi para bidan diyakini efektif menurunkan angka stunting sesuai target Presiden Joko hingga 14 persen pada 2024. "Pak Presiden minta pada 2024 stunting menjadi 14 persen, tetapi angka-angka yang sangat mengkhawatirkan masih cukup tinggi," kata dia, Senin (12/9).
Menurut dia angka-angka yang disebut mengkhawatirkan antara lain remaja yang mengalami anemia masih tercatat 37 persen berdasar hasil Riskesdas 2018. Berikutnya, ibu hamil anemia masih mencapai 48,9 persen, bayi yang terlahir panjang badannya kurang dari 48 cm sebanyak 22,6 persen, dan yang lahir prematur angkanya masih 29,45 persen.
"Jadi bayi-bayi yang lahir yang gagal produk itu masih cukup tinggi," kata mantan bupati Kulonprogo ini. Terjadinya stunting, kata Hasto, antara lain dipicu kurangnya perhatian terhadap pemenuhan gizi seimbang sehingga anak kurang mendapatkan protein dan mengakibatkan gagal tumbuh.
Karena itu, kata Hasto, BKKBN menggagas program edukasi 1.000 bidan di DIY dan intervensi stunting bersama dengan Dexa Group di Kabupaten Sleman.
Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie mengakui peran bidan sangat penting dalam menurunkan angka stunting karena memiliki tugas untuk mendampingi ibu hamil.
"Saya yakin para peserta program edukasi 1.000 bidan serta berperan dalam pencegahan stunting di Indonesia, untuk belajar serta menuangkan ide-ide cemerlang untuk pencegahan stunting," kata Pembajun.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia DIY Sutarti menegaskan siap berpartisipasi dalam program penurunan stunting di Indonesia. Ia menyebut ada 1.852 bidan di wilayah DIY yang saat ini bergabung dalam organisasi yang dipimpinnya itu.
"Kami bersyukur dipercaya membantu program pemerintah dalam pencegahan stunting. Langkah konkret kami di lapangan adalah pendataan dan pendampingan pada calon pengantin, ibu hamil sampai pasca persalinan," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama Dexa Medica V Hery Sutanto menuturkan untuk mendukung program penurunan stunting di Indonesia, pihaknya saat ini mengembangkan berbagai suplemen pendukung kesehatan ibu dan bayi dari bahan herbal.
"Dari empat program kemandirian kesehatan, kami fokus pada pengembangan obat herbal. Saat ini kami telah memiliki 200 peneliti untuk pengembangan obat herbal asli Indonesia," ujar dia.