Selasa 13 Sep 2022 08:32 WIB

Masyarakat Diimbau Waspadai Konflik SARA yang Kembali Ingin Goyahkan Stabilitas Bangsa

Konflik sekecil apa pun tentunya bisa menjadi peluang dan dipandang sebagai potensi.

Ilustrasi Terorisme
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Terorisme

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Dosen Pasca Sarjana bidang Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam dari Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Surakarta, H Amir Mahmud menilai menjelang pesta pemilu, bibit-bibit seperti konflik suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) dan politik identitas sudah mulai dimainkan kembali guna menggoyahkan stabilitas bangsa.

"Sekarang ini, hal seperti SARA itu kembali dimunculkan oleh kelompok-kelompok itu,  jadi sudah ada potensi itu. Dan tokoh-tokohnya sudah ada yang muncul meskipun yang lain masih merayap," ujar Amir Mahmud, Senin (12/9/2022).

Ia melanjutkan, konflik sekecil apa pun tentunya bisa menjadi peluang dan dipandang sebagai potensi oleh kelompok-kelompok tertentu untuk kembali mempromosikan sistem menurut versi mereka, dan menjatuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

"Mereka itu selalu mencari kesempatan atau ruang yang bisa memperoleh atau meraih yang mana di situ nantinya akan bisa terwujud suatu konflik," jelas pria yang merupakan Direktur Amir Mahmud Center yang bergerak dalam bidang kajian Kontra Narasi dan Idiologi dari paham Radikal Terorisme ini.

Untuk itu, dirinya menilai pentingnya peran bersama guna mewujudkan daya tangkal masyarakat dari provokasi isu dan aksi yang menimbulkan konflik perpecahan, demi menjaga stabilitas, toleransi dan harmoni dalam lingkungan berbangsa bernegara dengan cara menanamkan nilai moderasi beragama dan wawasan kebangsan.

"Seperti selama ini BNPT sebagai lembaga yang telah menjalin kerjasama dengan berbagai unsur masyarakat dalam membuat narasi, itu saya pikir harus sudah lebih mengarah kepada pelatihan-pelatihan kepada para stakeholder terkait, lalu untuk segera disosialisasikan," tuturnya.

Sehingga pria yang meraih Doktoral bidang Antropologi Sosial Agama ini, menilai agar upaya tersebut tidak hanya sekedar pada pertemuan atau sosialisasi semata, tetapi juga dimunculkan (diterapkan) di tengah kehidupan masyarakat. Sehingga bisa diharapkan membawa hasil yang riil dan benar-benar efektif mengantisipasi semua gerakan-gerakan tersebut.

“Terutama kalau kita kaji pada hari ini, misalkan peranan dosen dari pendidikan agama atau  universitas yang berkaitan dengan keagamaan dengan masalah moderasi beragama. Tentunya hal ini adalah untuk mengendurkan upaya-upaya yang dilakukan oleh kelompok radikal itu semua di lingkungan masyarakat," kata mantan anggota Pelajar Islam Indonesia.

Sebagaimana Amir Mahmud Center yang selama ini fokus bergerak dalam membangun program wawasan kebangsaan yang religius, dengan harapan membangun generasi muda yang tidak hanya mencintai bangsanya namun juga berusaha membekali masyarakat dengan wawasan keagamaan.

“Karena kita ini didasari oleh lima dasar Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha yang pertama. Inilah Kenapa saya harus membangun nilai-nilai wawasan kebangsaan yang religius. Karena Pancasila ini sangat religius sekali sebenarnya," ujar lulusan Akademi Militer Afghanistan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement