REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Subur, Kelurahan Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang punya kiat untuk megupayakan stabilitas harga jual hasil produksi mereka.
Melalui praktik pengolahan hasil pertanian hulu hingga hilir, gapoktan ini mampu memastikan hasil panen anggota kelompok tani ini dapat dinikmati dengan harga keekonomian yang lebih stabil.
Ketua Gapoktan Tani Subur, Komari mengungkapkan, sudah mengembangkan jaringan dari hulu ke hilir dalam pengelolaan pascapanen, sehingga anggota mendapatkan kepastian harga hasil pertanian yang lebih kompetitif.
Pada lini hulu, jelasnya, para petani mendapatkan pendampingan untuk mengoptimalkan lahan dan produktivitas pertanian mereka oleh petugas penyuluh pertanian maupun dari dinas pertanian.
Hasil produksi (tanaman padi) selanjutnya dibeli oleh gapoktan untuk diolah pascapanen hingga pengemasan serta pemasarannya tanpa perantara maupun tengkulak.
“Gapoktan Tani Subur juga membeli hasil panen dari petani di daerah kabupaten Kendal untuk menutupi kekurangan, manakala pasokan produksi beras anggota tidak mencukupi,” jelasnya, Rabu (14/9).
Sejauh ini, tambah Komari, dari delapan kelompok tani di Kelurahan Tambakboyo mengelola lahan pertanian padi hingga mencapai 110 hektare. Rata- rata tiap 1 hektare mampu menghasilkan sekitar 8 ton gabah kering.
Guna mendukung pengolahan di lini hilir, gapoktan ini juga mampu memproses penggilingan gabah dengan kapasitas mencapai 1,5 ton per hari. “Gapoktan juga mengupayakan pemasaran hasil produksi pertanian mereka melalui berbagai inovasi,” jelasnya.
Apa yang dilakukan gapoktan ini mendapatkan apresiasi dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Menurutnya, selain produktivtas gapoktan ini juga mengupayakan penjualan yang bagus dengan menciptakan jaringan pasar di wilayah Kabupaten Semarang.
Salah satunya dengan menyasar para aparatur sipil negara (ASN) untuk membeli beras produk gapoktan Tani Subur ini. “Gapoktan ini sudah menyediakan beras siap jual kepada pemakai dengan kemasan yang cukup bagus,” katanya.
Menurut Ganjar, gapoktan Tani Subur di Kelurahan Tambakboyo yang mampu menampung dan mengolah dan memasarkan hasil panen dari delapan kelompok tani secara mandiri hingga penjualannya merupakan praktik baik.
Karena ini mampu memangkas middle man atau perantara dalam alur distribusi beras. “Dulu pernah saya kunjungi dan sekarang gapoktan ini mengembangkan bisnisnya ini cukup bagus. Menampung hasil panen petani, langsung memproses dengan rice mill, dan langsung dijual,” lanjutnya.
Di sini (gudang gapoktan Tani Subur-) gabah langsung diolah sampai packaging. Pasarnya ternyata di Kabupaten Semarang luar biasa dan para ASN di daerah ini juga membeli. Sehingg dari hulu smpai hilir ada jaminan bagi petani.
Jika model ini diterapkan, maka jaminan kesejahteraan para petaninya akan ada. Melalui manajemen itu, gapoktan Tani Subur mampu memberikan kepastian kepada anggotanya dalam menjual hasil panen.
Baik Gapoktan maupun petani yang menjadi anggota bisa mendapatkan keuntungan yang baik dari proses yang dilakukan ini, tinggal manajemennya ada yang perlu diperbaiki lagi agar lebih efisien. “Harapan saya kekuatan kecil ini nanti bisa direplikasi,” tegas Ganjar.