REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Langkah pengembangan lahan tanaman kopi di DIY, khususnya di Kabupaten Sleman, terus dilakukan Pemda DIY. Salah satunya melalui Gerakan Tanam Kopi (Gertak) yang bertempat di Kalurahan Kepuharjo, Kapanewon Cangkringan.
Kegiatan dihadiri Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Hendratmojo Bagus, Bupati Sleman, Kustini Purnomo, dan Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa.
Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Hendratmojo Bagus mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari program Gerakan Tanam Kopi Indonesia (Gertaki). Dicanangkan Menteri Pertanian pada Januari lalu.
Ada sebanyak 50 ribu benih tanaman kopi atau setara 50 hektare, yang diserahkan oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian kepada Pemda DIY yang akan ditanam di area lereng Gunung Merapi. Yang mana, tanah itu mengandung debu vulkanik.
"Membawa material organik yang dapat mendukung dan merangsang pertumbuhan tanaman, termasuk tanaman kopi," kata Hendratmojo.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Sugeng Purwanto menuturkan, itu sesuai target Pemda DIY yang akan menjadikan Sleman utara sebagai sentra tanaman kopi. Sebab, produksi kopi DIY baru bisa memenuhi 10 persen dari kebutuhan kopi DIY.
Maka itu, ia merasa, perlu dilakukan perluasan lahan tanaman kopi di DIY guna memenuhi permintaan kebutuhan kopi tersebut. Bahkan, Sugeng mengungkapkan, terdapat bantuan lagi sekitar 500 ribu bibit tanaman kopi yang akan diberikan pada 2023 nanti.
"Dari Kementerian Pertanian yang akan di tanam di lereng Merapi," ujarnya.
Bupati Sleman, Kustini Purnomo menerangkan, kopi robusta lebih banyak berkembang di Kabupaten Sleman dibandingkan jenis arabica. Pada 2021, luas area tanaman kopi arabika mencapai 36,6 hektare dengan produksi sebesar 17,8 ton biji kering.
Yang mana, lanjut Kustini, tersebar di wilayah Kapanewon Cangkringan, Turi dan Kapanewon Pakem. Sedangkan, untuk kopi robusta memiliki luas area tanaman mencapai 217,95 hektare dengan jumlah produksi lebih dari 67,24 ton biji kering.
Tersebar di 12 kapanewon di Sleman dengan populasi terbanyak berada di Kapanewon Cangkringan. Kustini berharap, dengan adanya perluasan lahan-lahan tanaman kopi ini, maka produksi kopi Sleman dapat semakin meningkat.
"Sehingga, juga berkorelasi terhadap peningkatan pendapatan para petani kopi di Sleman," kata Kustini.
Kustini melaporkan, pada 2022 ini Pemkab Sleman memperoleh bantuan dari Dirjen Perkebunan Kementan untuk pengembangan kopi robusta di Sleman. Seluas 50 hektare berupa bibit kopi robusta dan pupuk organik ke 20 kelompok penerima.