REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ditutupnya Jembatan Mojo dan Jurug B untuk direvitalisasi, membuat masyarakat yang beraktivitas di Kota Solo, Jawa Tengah, memutuskan melewati Jembatan Sasak sebagai alternatif. Meski begitu, Dishub setempat tidak menyarankan demi faktor keselamatan pengendara.
Jembatan Sasak menghubungkan akses antara Kampung Sewu, Jebres, Solo, dengan Desa Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo. Dipilihnya jembatan ini oleh masyarakat sebagai jalur alternatif adalah agar memangkas waktu perjalanan pulang dan berangkat kerja.
Akses melewati Jembatan Mojo dan Jurug B ditutup seiring proyek revitalisasi kedua jembatan. Kondisi itu membuat sebagian masyarakat yang beraktivitas di Kota Solo, Jawa Tengah, memutuskan menggunakan Jembatan Sasak sebagai alternatif.
Meski begitu, Dinas Perhubungan setempat tidak menyarankan melewati Jembatan Sasak demi faktor keselamatan pengendara. "Secara kerawanan itu potensi rawan untuk keselamatan pengendara, karena di atas drum, goyangan terasa, terakhir di ujung sangat menanjak," kata Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Solo, Ari Wibowo.
Oleh karena itu, pihaknya berharap jembatan tersebut tidak menjadi jalur alternatif masyarakat. Imbauan itu untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingga, pihaknya akan melakukan beberapa evaluasi.
"Nanti kami evaluasi. Harapan kami itu tidak jadi alternatif, nanti kita evaluasi, agar tidak terjadi kejadian yang tak diinginkan," kata Ari.
Sementara itu, Kapolsek Mojolaban, AKP Tarto saat dihubungi mengatakan, semenjak penutupan Jembatan Mojo pada Senin (26/9) lalu ada peningkatan pengguna pada Jembatan Sasak. Setidaknya hingga 100 persen peningkatan pada pengendara motor.
"Warga tidak mau memutar melewati Jembatan Jurug atau Jembatan Bacem dan lebih memilih melewati Jembatan Sasak sebagai alternatif," terang dia.
Lebih lanjut Tarto menjelaskan telah melakukan sosialisasi kepada pengelola bahwa keselamatan menjadi faktor yang utama. Ia pun meminta pihak pengelola untuk mengatur para pengguna jalan agar tidak berdesakan selama pengantrian.
Baik itu dari arah Sukoharjo maupun Solo. "Diatur oleh para crew sejumlah 20 personel untuk membantu para penyeberang," jelas dia.
Kendati demikian, Tarto memprediksi para pengguna jembatan tersebut akan terus meningkat. Pasalnya panjang antrian pada hari pertama penutupan saja mencapai satu kilometer.
"Kami sarankan kepada pengelola, apabila debit air naik jembatan harus ditutup. Karena dari segi keamanan, konstruksi jembatan tidak memadai," tegas Tarto.