Senin 03 Oct 2022 08:56 WIB

MPM Berkomitmen Bangun Kedaulatan Pangan Melalui Mocaf

Mocaf dapat diolah menjadi beragam panganan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kegiatan Talk Show Kabar MPM bertema Mocaf dan Jihad Kedaulatan Pangan.
Foto: Dokumen
Kegiatan Talk Show Kabar MPM bertema Mocaf dan Jihad Kedaulatan Pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jihad kedaulatan pangan selalu digelorakan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah. Tidak cuma sampai ke ketahanan pangan, tapi membangun kedaulatan pangan memang selalu menjadi slogan besar di Muhammadiyah.

Ketua MPM PP Muhammadiyah, M Nurul Yamin mengatakan, salah satu permasalahan kebangsaan Indonesia yaitu kesenjangan yang berimplikasi ke kemiskinan. MPM menemukan kantong-kantong kemiskinan terdapat pula di masyarakat petani.

"Ini karena sebagian besar petani kita adalah petani buruh, di samping komunitas lain yakni nelayan, kelompok miskin perkotaan, buruh dan lain-lain," kata Yamin di Talk Show Kabar MPM bertema Mocaf dan Jihad Kedaulatan Pangan.

Terkait petani, Yamin menyampaikan, ada keluhan klasik yang ditemukan setiap MPM dampingi petani. Saat musim panen tiba biaya produksi naik, salah satunya karena sektor produksi tidak efisien, sehingga pendekatan teknologi menjadi penting.

Salah satu terobosan yang bisa dilakukan berusaha memberikan nilai tambah kepada ekonomi pertanian di ranah lokal. Lewat produk lokal yang bisa mensubstitusi atau memberikan alternatif bahan pangan yang tidak kalah dengan kualitas impor.

Mocaf jadi salah satu yang didukung pengembangannya oleh Muhammadiyah. Yamin menjelaskan, pilihan mocaf merupakan pilihan yang salah satu pertimbangannya produksi yang cukup banyak, bahkan melimpah.

Kedua, terdapat nilai tambah. "Bagaimana agar barang yang berlimpah di negeri sendiri ini bisa menjadi konsumsi dalam negeri sehingga membangun kedaulatan pangan," ujar Yamin.

Staf Khusus Kementerian Koperasi dan UMKM, Agus Santoso, mengapresiasi kerja pendampingan yang dilakukan Muhammadiyah. Ia merasa luar biasa Muhammadiyah mau memberi pendampingan langsung, bahkan petani yang berkomitmen anak-anak muda.

Ini menunjukkan sudah dibangun ekosistem, dan ketika ekosistem sudah dibangun harga mustahil jatuh. Agus menyebut, beras dan gandum masih jadi bahan pangan utama. Padahal, kedua komoditas ini sangat berfluktuasi dan terpengaruh inflasi.

Apalagi, gandum tidak bisa ditanam di Indonesia, sehingga harus impor. Jadikan mocaf alternatif atau pengganti jadi inovasi. Terlebih, mocaf diproduksi Roemah Mocaf sudah memiliki keragaman produk dan dapat diolah menjadi beragam panganan.

Ia pun mendorong kedaulatan pangan yang digelorakan Muhammadiyah. Dengan jamaah Muhammadiyah yang sangat banyak, bisa didorong warga Muhammadiyah untuk dapat mengonsumsi hasil produksi sendiri seperti Berasmu, MieMu, dan kini MocafMu.

"Karena Muhammadiyah umatnya banyak sekali, harapan saya bisa bergeser konsumsi berasmu, miemu, mocafmu, ganti belanja ke Mu supaya jadi closed loop economy," kata Agus.

Agus juga mendorong warga Muhammadiyah dapat menerapkan cintai produk sendiri. Sejak lama kita menyampaikan cintai produk sendiri, sekarang harus benar-benar dilakukan.

Mocaf dinilai bisa menggantikan terigu, beras ditanam oleh petani milenial. "Pemerintah sangat berterima kasih dan salut dengan inovasi Muhammadiyah ini," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement