REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan keinginannya mengembalikan kejayaan Surabaya sebagai Kota Santri. Hal tersebut disampaikan Wali Kota Eri Cahyadi dalam acara pelantikan Dewan Hakim Musabaqah Tilawatil Quran ke-XXII di Lobi Lantai 2 Balai Kota Surabaya.
Eri mengatakan, Kota Surabaya tidak bisa dilepaskan dan memang identik dengan Kota Santri. Hal tersebut didasari karena berdirinya kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Pusat yang pertama berada di Kota Surabaya. Demikian pula dengan lagu dan lambang Nahdlatul Ulama yang dibuat di Surabaya.
"Inilah sebagai bentuk ikhtiar kita mengembalikan Surabaya kembali menjadi Kota Santri. Meskipun Surabaya Kota Metropolitan, tapi kumandang Alquran, kumandang shalawatnya, tidak boleh berhenti dari Surabaya ujung barat sampai timur dan ujung utara sampai selatan," katanya.
Eri menyatakan, betapa banyak tokoh Islam dan ulama yang berasal dari Kota Pahlawan. Eri pun berharap, dengan kembali digelarnya MTQ Surabaya, dapat menumbuhkan bibit-bibit unggul, sekaligus pula untuk mengembalikan kejayaan Surabaya di kejuaraan MTQ tingkat nasional.
"Semoga ilmunya njenengan (Anda) bisa diserap warga Surabaya, sehingga Surabaya ketika mengikuti MTQ nasional, saat kembali bisa dengan rasa bangga," ujar dia.
Diharapkan seluruh Dewan Hakim yang baru saja dilantik agar dapat memberikan penilaian yang terbaik kepada para peserta. Sekaligus pula dalam upaya mendidik mereka untuk menyiapkan diri mengikuti kompetisi di tingkat nasional.
"Kalau setiap tahun dulu Surabaya di MTQ nasional selalu gondol (mendapatkan) piala hampir semua. Namun, beberapa tahun lalu mengalami kemunduran. Padahal para kiai, alim-ulama yang memberikan ilmunya di daerah-daerah lain, itu berasal dari Surabaya," tegasnya.