REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sebagai solusi mempererat keberagaman, moderasi beragama disebut telah dilirik bangsa lain. Hal itu disebabkan Indonesia dinilai telah berhasil mengimplementasikan konsep tersebut.
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menyatakan akan menggencarkan program kampanye moderasi beragama yang sarat dengan kebinekaan.
"Saat ini moderasi beragama telah dilirik oleh bangsa asing ketika menyoal praktik moderasi beragama. Indonesia dalam hal ini dianggap telah berhasil dalam melaksanakan praktiknya," ucap Puslitbang Bimas Agama Kemenag RI, Rizky Riyadu Topeq, saat memberi sambutan pada Kampanye Moderasi Beragama dengan tajuk 'Kearifan Lokal Dalam Moderasi Beragama' di Kampus Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (UNU NTB), Rabu (5/10/2022).
Topeq menyatakan pihaknya juga merasa senang kegiatan moderasi beragama dapat terselenggara di NTB. "Pasalnya NTB merupakan salah satu provinsi yang sangat unik dan kaya akan keberagaman. Pulau Lombok yang terkenal dengan pulau 1000 masjid harus terus mempertahankan keragamanan adat, budaya dan lainya sehingga pulau Lombok akan menjadi rujukan dalam menjalankan praktik moderasi beragama," katanya.
Rektor UNU NTB Baiq Mulianah saat membuka kegiatan mengungkapkan bahwa moderasi beragama menjadi sebuah praktik yang telah lama diimplementasikan oleh UNU NTB. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk bangga atas identitas kultural yang dimiliki. Tetapi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, semua harus sadar semua adalah satu yaitu Indonesia.
"Saya yang lahir dan besar di Sasak tentu akan bangga menjadi orang Sasak, tetapi jangan lupa bahwa kita juga Indonesia," kata Baiq.
Sementara itu, perwakilan Kantor Wilayah Kementerian Agama RI provinsi NTB H. Laman, menjelaskan mengenai urgensi moderasi beragama. Menurutnya, moderasi beragama menjadi sarana mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai dan toleran untuk membawa Indonesia menjadi negara maju.
Seminar ini dihadiri Walikota Mataram atau perwakilannya, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama RI provinsi NTB, Ketua PWNU NTB, bersama dengan Rektor UNU NTB, narasumber dari Puslitbang Bimas Kementerian Agama RI dan Budayawan.
Kegiatan ini juga dihadiri peserta dari berbagai elemen antara lain perwakilan dari Institut Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram, perwakilan dari Paguyuban Tionghoa, Komunitas mahasiswa NTT, Masyarakat Adat Sasak, akademisi, dan praktisi di bidang seni budaya. Selain untuk menggaungkan moderasi beragama, kegiatan ini juga ditujukan untuk membangun interakasi antar elemen masyarakat yang berada di NTB khususnya di pulau Lombok.
Kegiatan itu dibuka dengan kesenian tradisi Lombok yakni Rudat yang disajikan lengkap diiringi ensambel rebana yang dipadukan dengan tamborin. Kesenian ini dihadirkan untuk menyambut kehadiran narasumber dan segenap peserta, selain juga memberikan pesan kepada masyarakat tentang kekayaan dan kearifan budaya yang dimiliki. Selain itu kesenian Cilokak pun turut disajikan untuk menyampaikan pesan tradisi secara musikal.