REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi di Indonesia setelah pandemi turun menjadi hanya 5,4 persen saja. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk dapat memberikan edukasi dan akses kepada masyarakat melalui pemberdayaan UMKM.
"Saat pandemi Indonesia mengalami krisis global, sehingga masyarakat diminta untuk dapat bersiap-siap," ujar Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM, Arie Sujito, dalam Seminar Tata Kelola Keuangan Berkelanjutan untuk Penguatan Ekonomi Rakyat dan Lingkungan yang Berkeadilan, Senin (10/10/2022).
Dalam acara yang berlangsung di Bulaksumur Ballroom UC Hotel UGM tersebut, Arie menjelaskan diperlukan tata kelola keuangan yang baik untuk nantinya dapat mendorong masyarakat untuk dapat melakukan perubahan. Masyarakat harus dapat mentransformasi bidang-bidang yang ada.
Orientasi pemerintah yang mengarah pada keuntungan jarak pendek, membuat ketahanan (sustainability) ekonomi yang ada harus dapat dijalankan. Dalam hal ini, sustainability tersebut tidak diperbolehkan untuk merugi ataupun mengambil banyak untung, sehingga harus dibagi ke yang lain.
"Tata kelola yang baik tersebut harus mampu untuk merespons segala bentuk tantangan yang ada dan berimbang," kata Arie.
Peran UMKM yang masih sangat kecil disebabkan kerena minimnya akses perbankan. Walaupun perbankan sudah memfasilitasi dengan sistem kredit, namun dirasa masih belum memadai. "Harus adanya pemisah antara tata kelola dengan administrasi," kata Direktur Eksekutif TuK Indonesia, Edi Sutrisno dalam kesempatan tersebut.
Edi mengatakan, terkadang jika tata kelola dapat terlaksana dengan baik, administrasi malah justru sebaliknya, belum terlaksana. Namun juga, perlu dipastikannya indikator tata kelola, untuk mengantisipasi jika ada klien yang tidak serius.
Hal tersebut dapat digunakan sebagai bahan evaluasi yang nantinya dapat dialokasikan kepada UMKM, sehingga pendistribusian dapat dengan merata. Keuntungan yang didapat nantinya, tidak harus selalu tentang investasi.
Isu yang selama ini menjadi fokus masyarakat, seperti sosial, ekonomi, hingga perbankan, diperlukannya adanya inovasi kebijakan dan praktik. Hal tersebut yang nantinya, akan memperkuat untuk pemenuhan ekonomi rakyat demi menciptakan kondisi yang lebih baik. Dan dapat dilakukan juga dengan pengembangan secara kolaboratif.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dengan melakukan riset, sehingga mempunyai bukti kuat dalam praktek bisnis yang berkelanjutan maupun tidak. Kemudian turut serta dalam pengembangan berkelanjutan, yang melihat aspek lingkungan sosial dan tata kelola.
Sementara itu, prinsip ekonomi berkelanjutan dinilai bisa membangun paradigma baru untuk masyarakat. Manajer Prakarsa, Herni Ramdianingrum mengatakan, prinsip keuangan berkelanjutan bisa membangun paradigma baru untuk dukungan industri kerakyatan seperti UMKM dengan nilai-nilai lingkungan.
"Pelaku UMKM harus kreatif dalam memanfaatkan potensi yang ada. Potensi tersebut dapat diambil dari lingkungan sekitar," kata Herni.
Herni memberi alasan bahwa hal ini berpengaruh pada penguatan ekonomi para pelaku UMKM dengan modal yang minim.
Di sisi lain, Lurah Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro mengatakan masyarakat dapat mengembangkan pertanian organik untuk menghasilkan kualitas dari sisi kesehatan.
"Hasil panen dapat dipergunakan dengan aman maka dari itu petani tidak mengalami kerugian karena membuang hasil panen," katanya.
Hasil panen pertanian organik tentunya lebih baik daripada anorganik. Karena memanfaatkan alam sebagai bahan utamanya. "Contohnya industri pupuk organik dan peternakan magot dan industri pakan ternak protein," katanya menambahkan.
Berbicara mengenai kebutuhan primer, di sisi lain terdapat UMKM yang kini sudah berubah menjadi PT UMKM tersebut bergerak pada bidang fesyen.
Pemilik bisnis Hijrah Creative, Retno Winarti berkata menciptakan produk ramah lingkungan adalah permulaan dari PT Hijrah Creative. "Kami berusaha untuk menerapkan zero waste. Maka dari itu, sisa kain akan kami manfaatkan dengan baik. Semisal kain perca, akan kami kumpulkan untuk menjadi sebuah produk lagi," katanya.
Fesyen yang berkelanjutan untuk memanfaatkan nilai ekonomis. Hijrah Creatuve memberdayakan masyarakat untuk menjadi tenaga kerja, mulai dari dari saudara, tetangga, dan mereka yang memiliki bakat.
Retno menambahkan, pihaknya juga memberikan pelatihan produk fesyen agar dapat dikerjakan di rumah masing-masing dengan prosedur yang ada. Hingga saat ini terdapat 17 tenaga kerja di PT Hijrah Creative.
Acara webinar yang diselenggarakan oleh Social Research Center (SOREC) UGM tersebut juga turut dihadiri oleh Ketua SOREC UGM, Andreas Budi Widyanta, Regional CEO BRI RO, Yogyakarta, John Sarjono, dan CEO EcoNusa Founder Kobumi, Bustar Maitar.