Rabu 19 Oct 2022 23:25 WIB

Pemda DIY Minta Perguruan Tinggi Cari Penyebab Kasus Gagal Ginjal Akut

Sebanyak lima anak meninggal dunia, dua lainnya dinyatakan sembuh.

Jumlah kasus gagal ginjal anak ditampilkan saat konferensi pers terkait penyakit gagal ginjal akut pada anak di RSUP Sardjito, Yogyakarta, Rabu (19/10/2022). Kasus gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di DIY mencapai 13 kasus. Seluruh kasus tersebut ditangani di RSUP Dr Sardjito, Kabupaten Sleman. Hingga kini tiga kasus sembuh, enam kasus meninggal, dan empat kasus dalam perawatan intensif.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Jumlah kasus gagal ginjal anak ditampilkan saat konferensi pers terkait penyakit gagal ginjal akut pada anak di RSUP Sardjito, Yogyakarta, Rabu (19/10/2022). Kasus gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di DIY mencapai 13 kasus. Seluruh kasus tersebut ditangani di RSUP Dr Sardjito, Kabupaten Sleman. Hingga kini tiga kasus sembuh, enam kasus meninggal, dan empat kasus dalam perawatan intensif.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengajak para akademisi perguruan tinggi mencari penyebab serta solusi penanganan kasus gagal ginjal akut pada anak yang muncul di provinsi ini.

"Saat ini perguruan tinggi, rumah sakit dan laboratorium kesehatan kita ajak mencari penyebabnya. Apakah ini hanya kasus saja atau ada sesuatu yang perlu kita lakukan ke depan, seperti imunisasi misalnya," kata Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji di Yogyakarta, Rabu (19/10/2022).

Baca Juga

Aji mengatakan, perlu dilakukan analisis yang lebih serius mengingat ada beberapa anak penderita gagal ginjal akut yang suspek COVID19.

Berdasarkan data Dinkes DIY, total sebanyak 13 kasus gagal ginjal akut tercatat selama Januari sampai Oktober 2022 dengan rentang usia mulai tujuh bulan hingga 13 tahun.

Sebanyak lima anak meninggal dunia, dua lainnya dinyatakan sembuh, dan enam anak saat ini masih dirawat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Sebanyak sepuluh dari 13 kasus tersebut, hingga kini belum diketahui penyebabnya alias misterius. Sedangkan tiga kasus lainnya disebabkan suspek COVID-19 dan komplikasi karena kelainan fungsi organ.

"Perlu segera kita ketahui supaya tidak tambah lagi, apalagi mulai banyak di Indonesia. Saya kira angka 13 (kasus) itu tidak sedikit itu, angka yang besar," kata dia.

Menurut dia, kasus tersebut tidak dapat dianggap remeh, mengingat 13 anak tersebut tidak memiliki riwayat penyakit ginjal sebelumnya dan tidak dalam kondisi memiliki kelainan ginjal bawaan.

Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie mengatakan dari seluruh kasus gagal ginjal akut secara umum memiliki gejala antara lain mengalami diare, mual, muntah, demam atau tanpa demam selama tiga sampai lima hari, batuk, pilek, serta volume urine yang semakin sedikit.

Apabila sejumlah gejala tersebut terjadi pada anak, ia meminta untuk segera memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

"Ada gejala demam atau tidak ada demam, kemudian mual, muntah, diare, kemudian anak mengeluh kencingnya susah, air kencingnya kok berwarna keruh nah itu juga menjadi salah satu indikator. Kalau sudah seperti itu tidak usah ambil risiko, segera bawa ke fasyankes," kata dia.

Sementara itu, terkait imbauan Kementerian Kesehatan RI agar masyarakat untuk sementara tidak memberikan obat sirup yang mengandung parasetamol pada anak, Pembajun mengatakan jika hal tersebut memang imbauan dari pusat dan harus dilakukan secara bersama-sama.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement