Rabu 26 Oct 2022 08:51 WIB

Tindak Lanjuti SE Menkes, Dinkes Solo Antisipasi Peredaran Obat Sirop

Dua jenis obat yang dilarang masih ada di beberapa toko.

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
Sidak jajaran Dinkes Solo ke beberapa apotek.
Foto: Dokumen
Sidak jajaran Dinkes Solo ke beberapa apotek.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Solo melakukan inspeksi mendadak (sidak) di beberapa toko-toko obat dan faskes (fasilitas kesehatan) di wilayah setempat. Ini adalah tindak lanjut dari Surat Edaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait antisipasi peredaran obat sirop di tengah masyarakat.

Ketetapan itu tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak yang diteken oleh Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Murti Utami, pada Selasa (18/10/2022).

Menindaklanjuti hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih mengatakan, sidak ke beberapa toko obat, apotek, hingga klinik untuk menindaklanjuti imbauan dari Kemenkes terkait peredaran obat sirop yang diduga menyebabkan gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal.

”Dari lima jenis obat sirop yang dilarang BPOM, kami menemukan dua jenis di Solo. Obat-obat ini masih kami temukan. Hasil dari kegiatan ini tadi kami sudah mendatangi tiga apotek, empat klinik, tiga rumah sakit, tiga toko obat, dan satu puskesmas,” katanya.

Pihaknya menemukan dua jenis obat yang masih ada di beberapa toko yakni Termorex Sirup dan Uni Baby Cough Sirup pada pedagang besar farmasi (PBF) dan apotek. Setidaknya ada 17.272 kemasan obat, namun memang beberapa sudah disimpan namun belum disegel.

Oleh karena itu, pihaknya melakukan penyegelan untuk segera menunggu penarikan dari distributor. ”Sejauh ini apotek sudah tidak memajang obat-obatan ini di etalase. Tapi mereka masih menyimpannya. Obat ini kemudian kami karantina dan disegel supaya bisa ditarik oleh distributor,” ujarnya.

Selain itu, Siti juga mengimbau agar masyarakat bisa lebih awas, khususnya orang tua anak. Sebab gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal ini mayoritas menyerang anak-anak yang tanda-tandanya kesulitan kencing.

”Jika menemukan gejala itu, harus segera dibawa ke faskes terdekat. Kalau faskesnya tidak memadai harus segera dirujuk ke faskes yang mampu. Kalau sudah terlanjur beli dan dikonsumsi juga harus lebih waspada terhadap munculnya gejalanya segera ke faskes saja,” katanya.

Hingga kini, kasus gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal belum ditemukan pada warga Solo. Ada satu kasus yang diterima RSUD dr Moewardi Solo namun kemudian dirujuk ke RS dr Sardjito Yogyakarta. ”Ada kemarin, tapi pasien ini bukan berasal dari Solo,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement