Sabtu 29 Oct 2022 08:10 WIB

Rully, Usia 35 Tahun Jadi Guru Besar UAD

Ia sangat dibantu oleh universitas dalam menggapai jabatan guru besar ini.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UAD, Rully Charitas Indra Prahmana.
Foto: Dokumen
Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UAD, Rully Charitas Indra Prahmana.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Program percepatan guru besar menjadi salah satu prioritas UAD dan sudah banyak mencetak guru besar. Bahkan, baru-baru ini UAD dapat menghasilkan guru besar termuda berusia 35 tahun yakni Rully Charitas Indra Prahmana.

Rully merupakan guru besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD. Ia menjadi guru besar termuda di lingkungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY.

Selain itu, di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-'Aisyiyah (PTMA), ia juga memecahkan rekor sebagai guru besar termuda. "Saya tidak bisa mengklaim (sebagai) guru besar termuda, tapi dari LLDikti mengklaim yang termuda itu sebelumnya usia 39-an dan ketika saya jadi guru besar di usia 35 tahun. Dari sisi nasional, sepengetahuan saya yang termuda profesor bidang farmasi dari UGM berusia 36 tahun," kata Rully kepada Republika.co.id, Kamis (27/10/2022).

Sebelum menjadi guru besar, Rully sudah mengabdi sebagai dosen lebih dari 10 tahun. Dalam mengajukan guru besar ini, Rully mengaku tidak menemukan banyak kendala. Kendala utama yang ia temui yakni pada administrasi.

Hal ini dikarenakan sebelum mengabdi di UAD, Rully sempat mengajar di Makassar hingga Tangerang. "Kendala terbesar dalam mengajukan guru besar lebih kepada administrasi. Administrasi itu karena saya pindah-pindah kampus terus, ke Makassar, terus ke Tangerang, dan ke Yogya di UAD," ujar pria kelahiran 1987 tersebut.

Untuk menjadi seorang guru besar, ada syarat yang harus dipenuhi salah satunya yakni harus dipublikasikan ke jurnal internasional bereputasi. Rully mengaku, hal ini tidak menjadi kendala baginya untuk memperoleh gelar sebagai guru besar.

"Kalau soal riset alhamdulillah memang saya fokus ke sana, jadi bagi saya itu tidak menjadi kendala," lanjut dia.

Rully menuturkan, ia sangat dibantu oleh universitas dalam menggapai jabatan guru besar ini. Pasalnya, universitas memberikan pendanaan, utamanya untuk melakukan riset dan publikasi karya ilmiah ke jurnal internasional bereputasi.

"Pendanaan dari UAD sangat luar biasa untuk meningkatkan SDM dalam program percepatan guru besar. Sebenarnya syarat guru besar kan hanya satu publikasi, saya punya lima dan kelimanya itu didanai UAD," katanya.

Terkait dengan angka kredit yang diajukannya untuk menjadi guru besar, Rully mengajukan 1.300 Kum. Sementara, jumlah angka kredit minimal yang harus dikumpulkan yakni sebesar 850 Kum.

"Makanya saya optimistis bisa melewati itu, dan alhamdulillah ketika saya jadi guru besar, Kum yang diakui 922. Bagi saya itu cukup tinggi dari syarat minimal walaupun dipotongnya sangat banyak, tapi tidak apa-apa," lanjut Rully.

Penelitian yang diajukan untuk menjadi guru besar berfokus pada 'Pembelajaran Matematika Realistik Berkonteks Budaya Indonesia'. Dari penelitian ini, Rully mencoba untuk membuat pusat riset dengan mengimplementasikan teori yang ia kembangkan.

"Saya mau buat implementasi pembelajaran yang berbasis budaya Indonesia. Yogya kan Kota Budaya, banyak budaya yang bisa dijadikan titik awal dalam proses pembelajaran matematika," jelasnya.

Hingga saat ini, sudah banyak sekolah mitra yang bersedia untuk dijadikan pilot project untuk mengimplementasikan hasil dari penelitiannya tersebut. Dari pengembangannya, kata Rully, mahasiswa juga dilibatkan yang dapat dijadikan sebagai ladang penelitian bagi mahasiswa.

"Sehingga matematika itu bukan menjadi sesuatu yang menyeramkan lagi, tapi menjadi matematika yang menyenangkan dengan menggunakan budaya sebagai awal pembelajaran. Karena kita berbasis budaya, kita juga punya nilai plus yaitu memperkenalkan budaya Indonesia ke anak-anak yang sekarang sudah mulai ditinggalkan," kata dia.

Rully berharap pusat riset ini sudah dapat terbentuk di akhir tahun ini. Namun, untuk riset-riset sendiri sudah banyak yang berjalan meskipun pusat riset masih dalam tahap pembentukan.

Sebagai guru besar, Rully juga diamanahkan oleh universitas untuk ikut dalam percepatan guru besar dalam rangka memperbanyak jumlah guru besar di UAD. Yakni dengan mendampingi dosen-dosen yang tengah berproses untuk mengajukan gelar menjadi guru besar.

"Alhamdulillah sudah banyak syarat yang sudah terpenuhi (oleh dosen-dosen yang tengah berproses menjadi guru besar). Insya Allah tahun depan bakalan banyak yang pecah telur lagi," tambah Rully.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement