Jumat 28 Oct 2022 19:15 WIB

Pemuda Jatim Didorong Jadi Game Changer Penentu Kemajuan Bangsa

Indonesia butuh lebih banyak game changer yang menjadi inisiator.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Sejumlah penari dungkrek tampil pada acara Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2022 Jawa Timur di Alun-alun Caruban, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (28/10/2022). Kegiatan yang dihadiri Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, sejumlah pejabat Pemprov, pejabat daerah, kabupaten dan kota tersebut diikuti ratusan peserta dari TNI, Polri, ASN, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), mahasiswa, pelajar dan pesilat.
Foto: ANTARA/Siswowidodo
Sejumlah penari dungkrek tampil pada acara Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2022 Jawa Timur di Alun-alun Caruban, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (28/10/2022). Kegiatan yang dihadiri Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, sejumlah pejabat Pemprov, pejabat daerah, kabupaten dan kota tersebut diikuti ratusan peserta dari TNI, Polri, ASN, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), mahasiswa, pelajar dan pesilat.

REPUBLIKA.CO.ID,MADIUN -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong pemuda-pemudi Jatim menjadi game changer atau para lakon yang dapat mengubah jalannya permainan untuk kemajuan Bangsa Indonesia. Menurutnya, sosok game changer akan menjadi penentu saat tengah berada di persimpangan antara maju dan mundur, antara hidup dan mati, antara dinamis atau statis.

"Indonesia butuh lebih banyak game changer yang menjadi inisiator dan dengan segenap kemampuan yang dimiliki mampu mengubah jalannya permainan, perubahan peradaban, memunculkan sebuah realitas dan kesadaran baru," kaya Khofifah dalam upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Alun-Alun Kabupaten Madiun, Jumat (28/10). 

Baca Juga

Khofifah menjelaskan, Madiun dipilih sebagai lokasi pusat penyelenggaraan peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini dengan alasan khusus. Dimana Madiun memiliki sosok pemuda pencetak sejarah yang berperan aktif dalam dua peristiwa yang menjadi tonggak sejarah nasional Manifesto 1925 dan Konggres Pemuda II. Sosok tersebut adalah Prof Mr Sunario Sastrowardoyo. 

Sunario, pemuda kelahiran Madiun 28 Agustus 1902 diketahui aktif sebagai pengacara. Ia membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda. Ia juga menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II pada 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam kongres tersebut, Sunario menjadi pembicara dengan makalah Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia.

Khofifah melanjutkan, peringatan Sumpah Pemuda bukanlah sebuah rutinitas tahunan untuk bernostalgia. Melainkan harus menjadi pelecut semangat bersama untuk terus menggerakkan roda perjuangan pembangunan, mencapai cita-cita bersama, yakni Indonesia lebih maju. 

Para pemuda dalam Sumpah Pemuda 1928, lanjut Khofifah, sebagian besar adalah bagian dari kaum aristokrat atau kaum terdidik yang mendapatkan pendidikan tinggi. Tidak sulit bagi mereka untuk dapat hidup mewah dan enak di bawah pemerintah kolonial Hindia Belanda. 

Tetapi mereka meninggalkan kesempatan bergelimang kemewahan material untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang kala itu masih sebuah cita-cita. Mereka meletakkan kepentingan diri sendiri, dan menguatkan kehendak dan tekad bersama untuk memerdekakan Indonesia.

"Saat ini, yang dibutuhkan Indonesia dan Jawa Timur adalah pemuda yang memiliki karakter, kapasitas, kemampuan inovasi, kreativitas yang tinggi, mandiri, inspiratif, serta mampu bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan dunia. Jadilah agen perubahan, bukan pemuda rebahan dan mager," ujarnya. 

Khofifah mengatakan, Sumpah Pemuda diperingati agar seluruh elemen bangsa dapat menyingkap relevansi momen bersejarah tersebut dalam situasi kekinian. Era dimana teknologi informasi begitu berkembang pesat yang tidak hanya membawa dampak positif, namun juga dampak negatif. Seperti informasi-informasi yang bersifat destruktif mulai dari pornografi, narkoba, pergaulan bebas, hingga radikalisme dan terorisme.

"Kita mengenang momen yang sangat bersejarah ini untuk menyadarkan bahwa karena mengingat sumbangsih para pemuda semenjak pra-kemerdekaan sangat berperan penting sebagai inisiator dan game changer bagi perubahan dan dinamika sosial berbangsa," kata Khofifah.

Khofifah menyampaikan, tumbuh dan terciptanya para game changer baru dari kalangan muda mensyaratkan kondisi sosial yang menunjangnya. Di situlah, kata dia, tugas pembangunan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta segenap kekuatan masyarakat sipil, perguruan tinggi, aktor ekonomi, akademisi, dan media massa, untuk menata pembangunan yang berbasis keadilan. 

"Kami sadar betul game changer tidak bisa muncul secara tiba-tiba, karenanya Pemprov Jatim juga terus berupaya menciptakan ekosistem yang menunjang dan benar-benar memperhatikan kualitas hidup para pemudanya," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement