Selasa 08 Nov 2022 16:17 WIB

Mereduksi Resiko Banjir Lewat Flood Forecasting

Bencana banjir di beberapa daerah bisa berdampak besar bagi keselamatan masyarakat.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mereduksi Resiko Banjir Lewat Flood Forecasting (ilustrasi).
Foto: Dok Republika.co.id
Mereduksi Resiko Banjir Lewat Flood Forecasting (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Tim Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, UGM, menjadi juara Public Health National Competition (PHNC). Digelar Badan Otonom English and Study Club, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya.

Tim mahasiswa terdiri dari Yasmin Hanifah dan Billie Adrian. Yasmin mengatakan, perlombaan mengikuti beberapa tahapan proses seleksi dari mulai dari pendaftaran dan pengumpulan esai sampai dengan pengumuman semifinalis dan presentasi esai.

Baca Juga

Pada tahap final terdapat beberapa tim yang berasal dari Universitas Sriwijaya, Universitas Indonesia, IPB University, Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Universitas Negeri Padang. Esai mereka memberi fokus ke mitigasi bencana banjir.

Esai mengangkat tema Integrasi Sistem Peringatan Dini Hemat Energi Berbasis Sensor Ultrasonik dengan Teknologi Flood Forecasting sebagai Upaya Reduksi Resiko Bencana Banjir di Indonesia. Berangkat dari bencana banjir yang marak.

Yasmin menekankan, bencana banjir di beberapa daerah bisa berdampak besar bagi keselamatan masyarakat banyak. Karya tulis yang mereka buat lebih banyak kepada pengembangan sistem peringatan dini bencana banjir yang menjadi satu integrasi.

"Antara teknologi yang dapat memprediksi kapan terjadinya banjir dan teknologi yang berfungsi sebagai early warning system terbukti dapat berhasil dilakukan," kata Yasmin, Selasa (8/11).

Ia menilai, Flood Forecasting mampu memperkirakan ketinggian atau aliran air di satu atau beberapa lokasi dari sistem sungai untuk waktu tunggu berbeda. Lalu, sensor ultrasonik sebagai sensor untuk mengetahui ketinggian dan laju dari air.

Jenis sensor ultrasonik yang dapat digunakan dan sudah diteliti yaitu HC SR04 (level air) dan yf-201 (laju air). Data pembacaan level air dengan status yang sudah ditentukan dikirim wireless melalui XBEE sebagai transmitter dan receiver.

"Data juga akan dikirim melalui mikrokontroler GSM sim900A yang berfungsi untuk mengirimkan pesan menuju handphone masyarakat ketika status level air sudah mencapai kondisi yang berbahaya," ujar Yasmin.

Karya ini memang baru sebatas ide yang mereka tuangkan dalam sebuah karya tulis. Namun, Yasmin dan Billie berharap, ide ini bisa memberikan inspirasi mahasiswa- mahasiswa lainnya dalam pengembangan sistem peringatan dini yang lebih mutakhir.

"Sesama mahasiswa mari kita terus semangat untuk berkarya dan membanggakan nama kampus," kata Yasmin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement