Kamis 10 Nov 2022 08:55 WIB

Seminar ISCS II FIB Universitas Brawijaya Bahas Krisis Ekologi

Pembahasan seminar terbagi atas 10 subtema.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) mengadakan International Seminar on Cultural Sciences (ISCS) II mulai 9 hingga 10 November 2022 secara hibrida. Kegiatan ini pada umumnya membahas masalah krisis ekologi yang saat ini dialami masyarakat. Foto: Humas FIB UB
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) mengadakan International Seminar on Cultural Sciences (ISCS) II mulai 9 hingga 10 November 2022 secara hibrida. Kegiatan ini pada umumnya membahas masalah krisis ekologi yang saat ini dialami masyarakat. Foto: Humas FIB UB

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) mengadakan International Seminar on Cultural Sciences (ISCS) II mulai 9 hingga 10 November 2022 secara hibrida. Kegiatan ini membahas masalah krisis ekologi yang saat ini dialami masyarakat.

Koordinator ISCS II, I Kadek Yudi Astawan menjelaskan, seminar ini dapat menjadi tempat untuk silang pengetahuan dan pengalaman dari berbagai disiplin keilmuan. "Seperti antropologi, kajian media, sastra, dan seni rupa murni (fine arts)," kata Kadek.

Diharapkan kegiatan ini dapat menampung banyak pengetahuan dan pengalaman. Terutama tentang bagaimana manusia dapat bersikap, bertahan, beradaptasi, dan berstrategi dalam menghadapi fenomena krisis ekologi.

Seminar terbagi atas 10 subtema. Antara lain expression of fine arts, environment, and marginal community, ecological crises on popular arts, film, and music, new media, video art, readymade, and found object serta eco art, land art, site-specific art, and ecological multiculturalism.

 

Juga akan membahas art in public space, gender, art, and ecological issues, ecological crises in the upland and the coastal societies, performance art and environmental issues, ecological crises from a multidisciplinary perspective, dan molecular engineering in the time of ecological crisis.

ISCS II menghadirkan lima pembicara dari berbagai negara. Mereka antara lain Boreth LY dari University of California, Hipolitus K. Kewuel  dari Universitas Brawijaya, Roberto Rizzo dari University of Milan - Bicocca, Deny Tri Ardianto, dari Universitas Sebelas Maret, dan Noria Ak Tugang dari Universiti Malaysia Sarawak.  

Menurut Kadek, total ada 231 peserta yang menghadiri ISCS II, baik secara daring maupun luring. Jumlah ini terdiri atas 88 presenter dan 143 partisipan. Sebagian besar peserta berasal dari Indonesia, India, Pakistan, Cina, Nigeria, dan Ethiopia.

Sementara itu, Inas Amilia selaku salah satu presenter ISCS II membahas studi kuliner krecek bung dari Candipuro dan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang. Studi kuliner krecek bung ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara makanan, budaya, dan masyarakat.

Dengan demikian, ini nantinya bisa dijadikan sebagai identitas budaya kuliner masyarakat tersebut. Lebih rinci, artikel ilmiahnya berisikan masalah bagaimana cara pembuatan rebung menjadi krecek bung yang tidak ditemui di daerah lainnya.

Kemudian mengungkap alasan, latar belakang dan sejarah alasan rebung dibuat menjadi krecek pada zaman dahulu. Ia juga memaparkan bagaimana krecek bung memiliki makna bagi masyarakat hingga saat ini.

“Terakhir, melihat perbedaan cara pengolahan antara dua tempat yang berbeda dari warisan antargenerasi,” kata mahasiswa Program Studi Antropologi FIB UB ini.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement