REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Generasi muda adalah calon-calon pemimpin bangsa di masa depan. Karena itu, generasi muda wajib berperan aktif dalam pembangunan bangsa dan menjaga negara dari berbagai ancaman perpecahan.
"Para pemuda bisa berperan aktif dan semangat untuk menjadi bagian garda terdepan dalam menyebarkan pesan-pesan perdamaian, cinta tanah air, dan toleransi demi untuk mewujudkan Indonesia yang harmoni," ujar Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen TNI Nisan Setiadi, di Manokwari, beberapa waktu lalu
Pernyataan itu diucapkan Nisan Setiadi saat mengukuhkan Duta Damai Dunia Maya Regional Papua Barat di Hotel Aston Niu, Manokwari, Papua Barat. Duta Damai Dunia Maya Regional Papua Barat terdiri dari 50 anak muda yang terdiri dari blogger, desain komunikasi visual, dan IT
Selain Duta Damai Dunia Maya, lanjutnya, BNPT juga telah membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (BNPT) di Papua dan Papua Barat. FKPT ini terjadi dari stakeholder daerah, tokoh agama, tokoh ada Papua, dalam membangun kerukunan dan perdamaian.
"Ini adalah upaya BNPT untuk membangun Indonesia umumnya, dan Papua Barat khususnya agar lebih rukun dan damai untuk Indonesia harmoni. Duta Damai Dunia Maya Papua Barat ini merupakan investasi besar untuk membangun tanah Papua Barat.
Duta Damai Dunia Maya Regional Papua Barat ini merupakan yang ke-18 di seluruh provinsi di Indonesia. Sebelumnya Duta Damai Dunia Maya BNPT sudah tersebar di 17 Provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.
Mantan Danpussenarhanud TNI-AD ini mengungkapkan, keberadaan Duta Damai Dunia Maya ini sangat penting. Pasalnya, di tengah perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, internet telah membentuk lingkungan sosial baru, terutama dengan keberadaan media sosial.
Ia mengungkapkan, bahwa keberadan banyak hal positif dan edukatif di jejaring internet. Tetapi sebaliknya dunia internet menjadi ladang subur konten-konten negatif bernuansi provokatif.
"Bukan hal baru bahwa kelompok terorisme telah memanfaatkan perkembangan teknologi informasi sebagai sarana propaganda, indoktrinasi, dan rekrutmen. Banyak fakta dan aksi terorisme dilakukan anak muda akibat terpapar paham radikal terorisme di dunia maya," ungkap Nisan.