REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Investasi dan perdagangan masih menjadi salah satu pendorong perekonomian, terutama di tengah momentum pemulihan pasca-pandemi. Dalam upaya pemulihan perekonomian di tengah berbagai disrupsi, bukan hanya korporasi besar yang berperan penting, melainkan juga para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Chair Task Force B20 untuk Perdagangan dan Investasi Arif Rachmat mengungkapkan, UMKM menjadi salah satu fokus pembahasan dan rekomendasi kebijakan yang akan diajukan dalam pembahasan KTT G20. Task Force B20 Perdagangan dan Investasi berhasil merumuskan empat rekomendasi kebijakan, salah satunya semakin memperjelas peran UMKM.
"Rekomendasi untuk memperkuat dukungan dan meningkatkan inklusivitas pada rantai pasok yang inklusif. Dengan rantai pasok yang lebih inklusif, maka ekonomi memiliki ketahan yang lebih tinggi, dan UMKM menjadi bagian rantai pasok ini," kata Arif pada Konferensi Tingkat Tinggi B20 (KTT B20) Indonesia yang digelar di Bali, dalam siaran pers, Senin (14/11/2022).
Sayangnya, selama ini peran UMKM masih belum digarap maksimal karena adanya berbagai keterbatasan, terutama pada akses keuangan, hingga cara menembus pasar. "Untuk itu, kita harus memperhatikan isu ini secara serius untuk meningkatkan inklusivitas UMKM dalam rantai pasok global dan mendorong UMKM terus bertumbuh," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) Vassilis Gkatzelis mengatakan, pandemi dan persoalan geopolitik membawa dampak pada rantai pasok dan komponennya. Untuk itu, perlu ada antisipasi dengan mengetahui data rantai pasok dari hulu ke hilir secara global dan regional.
Bukan hanya korporasi, UMKM pun menjadi fokus dari Task Force B20 untuk Perdagangan dan Investasi karena perannya yang besar bagi perekonomian. Secara global, UMKM berkontribusi 50 persen pada perekonomian, dan di Indonesia kontribusinya mencapai 60 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB). Salah satu bukti dari peran UMKM adalah pertumbuhan trade finance sebesar 16 persen pada saat pandemi dan diperkirakan akan terus meningkat. "Sehingga penting untuk menyertakan UMKM dalam rantai pasok global," kata Vassilis.
Dia pun optimistis dengan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi yang lebih luas melalui pemberdayaan UMKM. Syaratnya, UMKM diberikan ekosistem yang lebih luas, terintegrasi dengan rantai pasok, serta memiliki akses teknologi dan pada pasar.
"Sampoerna berfokus pada penciptaan nilai bagi ekosistem sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok. Salah satu contohnya, kami memberdayakan lebih dari 200 ribu UMKM toko kelontong yang tersebar di seluruh Indonesia melalui Sampoerna Retail Community (SRC). 60 persen dari mereka adalah perempuan, dan usaha toko kelontong ialah sumber pendapatan utama bagi keluarga mereka. Melalui program tersebut, kami memberikan akses terhadap teknologi, pelatihan, dan peluang pengembangan bisnis bagi para toko kelontong," kata Vassilis.
Dia menilai semua pihak, baik pemerintah dan swasta, harus berkolaborasi untuk menjembatani jarak menghambat pertumbuhan UMKM. Pendampingan untuk pengetahuan serta peningkatan kapabilitas dalam adaptasi teknologi digital sangat penting untuk lebih mendorong inklusi UMKM dalam rantai pasokan dan nilai global.