REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Hari Solidaritas International untuk Palestina atau biasa dikenal dengan International Day of Solidarity with the Palestinian People diperingati setiap tanggal 29 November. Biasanya, lembaga-lembaga pemerhati isu-isu ke-Palestina-an termasuk di Indonesia selalu mengajak kepada seluruh masyarakat untuk ikut terlibat memeriahkan peringatan tersebut.
Aqsha Working Group (AWG) salah satu lembaga ke-Palestina-an di Indonesia misalnya yang selalu konsisten dan terus menyuarakan isu tentang Palestina juga menyelenggarakan peringatan hari solidaritas Palestina. Bahkan pada tahun ini kegiatan tersebut dikemas dalam satu bulan penuh dengan mengusung konsep Bulan Solidaritas Palestina (BSP).
"Dalam peringatan hari Solidaritas Palestina, kami dari AWG justru membuat konsep peringatan hari ini selama satu bulan penuh dengan konsep Bulan Solidaritas Palestina," kata ketua panitia BSP Cileungsi, Zidan Taqwa, Rabu (16/11/2022).
Pada kegiatan BSP tahun ini, kata Zidan kegiatannya selama satu bulan penuh ini diisi dengan berbagai acara seperti Gowes cinta Al aqsha, Lomba futsal tingkat nasional seluruh jaringan AWG se Indonesia, pengibaran bendera Indonesia dan Palestina di gunung Muria Kudus Jateng, perlombaan antar santri dari mulai tingkat TK sampai dengan Mahasiswa di antaranya membaca puisi, mewarnai, menggambar masjidil aqsha, lomba pidato, dan lomba LCC.
"Ada juga pawai cinta Al aqsha dari tingkat TK sampai MA kemudian Lomba memasak tumpeng antar kelompok atau thoifah Ibu-ibu dan Lomba membuat tugu masjidil aqsha bagi bapak-bapak antar riyasah," jelas Zindan.
Sementara itu, Ketua Biro AWG Cileungsi Arul Nasrullah AM menjelaskan jika hari Solidaritas Internasional Bersama Masyarakat Palestina bermula saat Palestina Israel terlibat pertentangan terkait wilayah dan telah berbagi perbatasan di sepanjang kota Yerusalem. Selama beberapa dekade, kedua belah pihak berselisih untuk mempertahankan apa yang mereka yakini adalah bagian dari negaranya. Hal ini mendorong adanya kebutuhan untuk memisahkan kedua negara bagian dan membuat mereka merdeka.
Merespons hal itu, PBB mengadopsi Resolusi 181 (II) pada tanggal 29 November 1947. Resolusi yang disebut 'United Nations Partition Plan for Palestine' berisi usulan yang merekomendasikan pembagian Palestina setelah Inggris menarik kekuasaannya. Negara-negara bagian baru akan dibentuk dua bulan setelah penarikan Inggris, paling lambat Oktober 1948.
"Rencana tersebut juga menyerukan penyatuan ekonomi antara negara-negara yang diusulkan, dan untuk perlindungan hak-hak agama dan minoritas," jelasnya.
Tanggal 29 November dipilih karena ada makna tersendiri bagi rakyat Palestina. Tanggal Hari Solidaritas Internasional Bersama Masyarakat Palestina ini juga jadi pengingat bagi dunia bahwa Palestina hingga kini belum mencapai hak-hak mereka diataranya, hak untuk menentukan nasib sendiri tanpa campur tangan pihak luarh ak atas kemerdekaan dan kedaulatan nasional hak untuk kembali ke rumah dan harta benda mereka.