Rabu 30 Nov 2022 09:53 WIB

UMM dan Kemenlu RI Berikan Cara Implementasi Hasil G20

Generasi muda merupakan agen perubahan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Para pemimpin negara dunia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, 16 November 2022.  Dalam pertemuan tersebut G20 mengesahkan deklarasi para pemimpin atau Leaders’ Declaration.
Foto: EPA-EFE/DITA ALANGKARA
Para pemimpin negara dunia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, 16 November 2022. Dalam pertemuan tersebut G20 mengesahkan deklarasi para pemimpin atau Leaders’ Declaration.

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI mencoba memecahkan cara untuk implementasi hasil Group of Twenty (G20). Hal ini dibahas dalam acara Sharing Session terkait isu-isu strategis hasil presidensi G-20, beberapa waktu lalu.

Direktur Jendral Kerjasama Multilateral, Kemenlu RI, Tri Tharyat mengatakan, keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah G20, di tengah invasi Rusia ke Ukraina patut diapresiasi. Hal itu telah membuktikan sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki kekuatan dan tidak bisa dimonitor negara maju manapun. 

Baca Juga

Setelah menerima estafet kepemimpinan G20 dari Italia, Indonesia tidak pernah membayangkan akan ada invasi Rusia ke Ukraina yang mengubah pola hubungan antaranggota G20. Karena sejak berdirinya G20, tidak ada situasi seperti itu. "Kejadian itu membuat Indonesia mendapat banyak tekanan dari berbagai negara seperti Australia, Korea, Jepang, dan lainnya," katanya.

Banyak orang mengira konflik Rusia-Ukraina hanya berlangsung dalam waktu sebulan. Namun invasi itu ternyata terjadi sampai sekarang. Bukannya membaik, tetapi malah makin kisruh.

Pada akhirnya, konflik tersebut tidak hanya berdampak kepada Eropa tetapi juga seluruh dunia yang mengganggu stabilitas perekenomian. Hal tersebut menghasilkan triple crisis di berbagai negara yaitu krisis keuangan, pangan dan juga energi. Oleh sebab itu, Indonesia sangat berusaha untuk bisa menyelesaikan krisis ini sebagai bentuk menjaga perdamaian dunia.

Menurut Tri, penyelenggaraan KTT G20 tidak hanya membahas terkait ekonomi tetapi juga membahas isu lainnya seperti dampak pandemi. Selain itu juga ada isu pangan dan pertanian, kesehatan, pariwisata dan kebudayaan, serta perempuan. 

Tujuan awal pembangunan berkelanjutan tahun 2030 mengalami perenggangan karena pandemi. Sebab itu, tim G20 berupaya mendorong dan memulihkan situasi dengan menarik investasi dari luar. Hal ini bertujuan untuk membantu negara berkembang mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang sudah dicanangkan.

Salah satu hal menarik yang dia apresiasi dari UMM adalah program Center of Excellence (CoE). Ia menilai ini menjadi inovasi solutif yang sejalan dengan hasil G20 pada aspek pendidikan. Apalagi dengan kerja sama yang dibangun bersama industri sehingga menciptakan SDM yang unggul. 

Sementara itu, Rektor UMM, Fauzan mengatakan, kegiatan ini tidak hanya untuk berdiskusi informasi tentang G20 tetapi juga mengajak sivitas akademika untuk memberikan ide solutif. Hal itu dirasa bisa menciptakan banyak pemecahan masalah yang membantu di tengah masyarakat. 

Di samping itu, mahasiswa bisa menambah ilmu dan membangkitkan semangat untuk terus membuat perubahan. Apalagi generasi muda merupakan agen perubahan. "Mudah-mudahan sharing session ini tidak hanya menjadi kabar dan berbagi informasi saja tetapi menjadi langkah kerjasama UMM dengan kementrian luar negeri,” ucap Fauzan dalam pesan resmi yang diterima Republika.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement