REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ekonomi Indonesia paa tahun 2023 diprediksi masih akan menguat. Hal tersebut disampaikan akademisi Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FBE UII) Agus Widarjono dalam seminar bertajuk 'Outlook Ekonomi Indonesia 2023: Strategi Kebijakan Ekonomi Indonesia 2023, Tumbuh Lebih Kuat dan Berkelanjutan' di Gedung Prof Ace Partadiredja, FBE UII, Condongcatur, Sleman, Rabu (7/12).
"Secara fundamental ekonomi kita itu masih kuat. Jadi misalnya pertumbuhan ekonomi kan trennya naik, kemudian anggaran kita juga kuat jadi sampai September itu surplus, meskipun surplusnya tidak banyak tapi kan itu menunjukan indikasi yang baik," kata Agus kepada wartawan, Rabu (7/12).
Agus mengatakan, yang perlu dikhawatirkan yaitu jika tren harga dollar naik dan menurunnya rupiah. Sebab Indonesia masih sangat tergantung impor bahan baku. Sehingga jika dollar menguat rupiah menurun maka ditakutkan akan terdampak seperti kasus 1998 silam. Namun demikian ia optimis hal tersebut tidak akan terjadi.
"Saya kira tidak separah tahun 98, tetapi pasti ada dampaknya. dan sudah diprediksi oleh IMF ada penurunan, tapi tidak kemudian sebagaimana yang kita takutnya kemarin sampai kita resesi, itu saya kira nggak, kita bisa tumbuh tapi melambat," ujarnya.
Sementara itu Agus menilai ekonomi DIY di tahun 2023 diprediksi tumbuh. Hanya saja pertumbuhannya tidak akan mengalami lonjakan signifikan.
"Tumbuh tapi tadi pasti ada dampaknya, tapi tidak tumbuh kemudian tinggi, tumbuh tapi melambat," ucapnya.
Sudah dilakukannya vaksin booster dan kembalinya perkuliahan di sejumlah kampus di Yogyakarta diyakini akan membuat perekonomian di Yogyakarta kembali pulih.
\"Kalau kita bicara DIY itu kan dua hal, satu pariwisata dan pendidikan. kalau ini sudah rebound, saya pikir dugaann saya ekonomi akan tumbuh,\" tuturnya.
Sekretaris ISEI DIY Y Sri Susilo mengatakan, bahwa ekonomi DIY hingga 2022 menunjukan pertumbuhan sejak TW-III 2021 (2,31 persen) hingga TW-III 2022 (5,82 persen). Menurutnya kekuatan ekonomi DIY ditopang oleh lima motor penggerak ekonomi, yaitu pariwisata yang masih bisa bertahan, konstruksi yang meningkat, kontribusi ekspor yang masih tumbuh meski turun, konsumsi masyarakat yang meningkat, dan peran UMKM dan sektor pendidikan.
Asisten Deputi Bank Indonesia KP Yogyakarta, Rifa\'at Pasha, mengatakan ekonomi DIY pulih lebih cepat dibandingkan provinsi lain di Jawa. Hal itu terjadi karena terkendalinya kasus covid-19 dan pelonggaran mobilitas masyarakat.
Dalam sambutannya, Ketua Umum ISEI Pusat Perry Warjiyo, menyebutkan tiga hal yang penting untuk diperhatikan. Pertama, seluruh pihak harus tetap optimis terhadap kekuatan fundamental ekonomi Indonesia yang makin pulih dari pandemi covid. Pertumbuhan ekonomi nasional menunjukan situasi aman dengan perkiraan tumbuh 4,5 persen hingga 5,3 persen pada tahun 2023.
Kedua, perlunya waspada terhadap gejolak pelemahan ekonomi global, yang dipicu oleh gejolak politik, melemahnya pertumbuhan ekonomi, inflasi yang tinggi, dan potensial capital ouflow yang meningkat. Ketiga yang perlu diperhatikan adalah perlunya memperkuat sinergi dan kolaborasi antarpemangku kepentingan, yaitu pelaku usaha, akademisi, pemangku kebijakan, baik di tingkat nasional dan daerah.