Selasa 13 Dec 2022 20:32 WIB

Atasi Penyakit TBC, Wagub Jateng : Perlu Jemput Bola

Kasus TBC di Jateng yang ternotifikasi sebanyak 42.148 kasus.

Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen.
Foto: dok. istimewa
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen menyebut perlu dilakukan jemput bola terkait dengan penanganan penyakit Tuberkulosis (TBC) di berbagai daerah yang jumlahnya masih tergolong tinggi.

“Untuk penanganan kasus TBC, perlu dilakukan edukasi secara jemput bola,” katanya saat menghadiri kegiatan Kunjungan Industri Siswa Siswi SMK Al Anwar Rembang di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang di Semarang.

Ia mengungkapkan berdasarkan data Dinas Kesehatan pada triwulan III 2022 tercatat angka kasus TBC di Provinsi Jateng yang ternotifikasi sebanyak 42.148 kasus.

Menurut dia, TBC merupakan penyakit kronis yang memiliki daya tular dan tingkat kematiannya tinggi yang disebabkan faktor kebal obat.

“Indonesia permasalahan kesehatan masih tinggi. Masih memerlukan, utamanya ketika kita bicara tentang sakit TBC. Walaupun Covid-19 kemarin menyerang, tapi bahaya TBC ini sebenarnya lebih besar dibanding Covid-19 karena masyarakat sampai saat ini masih enggan, masih menganggap sepele terkait penyakit tersebut," ujarnya.

Direktur Utama RSI Sultan Agung Semarang Said Shofwan menambahkan pelayanan kesehatan saat ini lebih menitikberatkan pada upaya preventif dan layanan kesehatan terkecil ada pada level posyandu serta puskesmas.

"Apalagi sekarang, dari Kementerian Pariwisata berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, membuat inovasi, namanya Wellnes and Hospital Tourism, membuat bidang pelayanan itu lebih luas lagi, dari yang sudah ada sebelumnya. Bergerak ke arah preventif medicine, bagaimana memperkuat pencegahan penyakit, supaya tidak terjadi sakit," ujarnya.

Kegiatan promosi kesehatan, lanjut dia, di samping dilakukan dengan bertemu langsung melalui sosialisasi, menyebar brosur dan penyuluhan, sekarang ini juga digencarkan melalui platform digital.

“Masyarakat tidak hanya bisa mencari informasi kesehatan di platform digital, tapi mereka juga bisa berinteraksi dengan para dokter, maupun pasien yang memiliki masalah kesehatan yang sama,” jelas dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement