Selasa 13 Dec 2022 22:30 WIB

Stigma Negatif TBC Penyebab Kasus tak Dilaporkan

Masyarakat yang mengakses fasyankes terkait dengan TBC dinilai masih rendah.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Stigma Negatif TBC Penyebab Kasus tak Dilaporkan (ilustrasi).
Foto: Dok Republika
Stigma Negatif TBC Penyebab Kasus tak Dilaporkan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Stigma negatif dari penyakit tuberkulosis (TBC) masih terjadi di masyarakat. Hal ini menyebabkan banyak kasus TBC yang tidak dilaporkan dan akhirnya tidak tertangani dengan baik.

Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kota Yogyakarta, Agus Triyanto mengatakan, perlu dibangunnya kesadaran masyarakat terkait TBC. Salah satunya dengan digencarkannya sosialisasi dan edukasi terkait TBC kepada masyarakat.

Baca Juga

Pasalnya, dengan stigma negatif ini, menyebabkan banyak kasus TBC yang tidak terdeteksi. Bahkan, hal tersebut dapat menyebabkan penularan TBC terus terjadi di masyarakat.

"Ada yang orang dengan TBC, tapi keluarganya tidak mau merawat karena stigma soal TBC. Jadi bagaimana kita membangun kesadaran masyarakat terkait informasi TBC," kata Agus dalam acara 'Pernyataan Bersama Upaya Kolaborasi Penanggulangan TBC di Kota Yogyakarta' di Horison Ultima Riss Malioboro Yogyakarta, Selasa (13/12).

Padahal, seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Kota Yogyakarta sudah dapat menangani kasus TBC. Namun, masyarakat yang mengakses fasyankes terkait dengan TBC dinilai masih rendah.

Agus menyebut, dalam membangun kesadaran masyarakat, perlu kontribusi seluruh pihak. Baik itu dari pemerintah, legislatif, peran dari sektor swasta hingga masyarakat.

Terlebih, Indonesia sendiri menargetkan eliminasi TBC 2030. Untuk mewujudkan zero TBC di 2030, katanya, perlu peran dari seluruh pihak.  

"Perlu bergandeng bersama karena karena Indonesia punya misi eliminasi TBC 2030. Indonesia saat ini di peringkat dua beban TBC di dunia. Kalau banyak, kabar baiknya sudah banyak orang mengakses (fasyankes) untuk TBC. Tapi, kabar buruknya, kalau tidak ditangani dengan baik akan semakin menular lebih luas," ujarnya.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta menyebut, data hingga 12 Desember 2022 sendiri tercatat sebanyak 1.154 kasus TBC di Kota Yogyakarta. Namun, diperkirakan masih banyak kasus TBC yang belum ditemukan dan dilaporkan.

"1.154 kasus baru per 12 Desember 2022 dari perkiraan ada 1.352 kasus di Kota Yogya. Artinya penemuan kasus sudah mencapai 85,7 persen," kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan, Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement