Kamis 15 Dec 2022 09:38 WIB

Antisipasi Intoleransi, Universitas Brawijaya Hadirkan 'Kedai Bhineka'

Pentingnya memperkuat persatuan serta kesatuan dalam kebhinekaan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
UPT Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PKM) Universitas Brawijaya (UB) meluncurkan Kedai Bhineka di Gazebo UB.
Foto: dok. Humas UB
UPT Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PKM) Universitas Brawijaya (UB) meluncurkan Kedai Bhineka di Gazebo UB.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- UPT Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PKM) Universitas Brawijaya (UB) Malang meluncurkan Kedai Bhineka di Gazebo UB.  Wadah ini dihadirkan karena maraknya intoleransi dan pentingnya persatuan serta kesatuan dalam kebhinekaan.

Kepala UPT PMK UB, Mohamad Anas menjelaskan, pihaknya telah merespons berbagai isu kebangsaan yang timbul dengan berbagai kegiatan. Seperti seminar dan program sekolah kebangsaan yang melibatkan mahasiswa.

Namun penyemaian bibit toleransi dan inklusivitas bisa lebih efektif di kalangan mahasiswa UB apabila dibentuk sebuah ruang diskusi yang lebih berkesinambungan. Oleh karena itu, UPT PMK UB meluncurkan Kedai Bhineka Brawijaya.

"Ini suatu ruang yang diinisiasi sebagai arena perjumpaan berbagai ragam gagasan, pandangan, cerita, pendapat, atau apapun namanya untuk dapat didialogkan di ruang perjumpaan itu," katanya.

Pendidikan kebhinekaan yang digagas melalui Kedai Bhineka termasuk implementasi dari perkuliahan MPK (Agama, Pancasila, Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia). Sebab itu, pada Kedai Bhineka akan dihadirkan berbagai ragam suku, etnis, adat, tradisi, agama, bahasa daerah di satu daerah.

Baik melalui model dialog diskursif maupun praktif-reflektif. Pada momen peluncuran, pihaknya menghadirkan ragam pandangan agama berkaitan dengan toleransi sebagi implementasi perkuliahan MPK.

Ia menegaskan, Kedai Bhineka bukan untuk mencari titik temu dan mencari benang merah. Kedai Bhineka dihadirkan untuk menjadi ruang irisan, ruang ‘antara’, dan ruang dialektika.

Artinya, semua kalangan dapat mengorkestra segala macam warna sehingga bisa menemukan kebenaran. Adapun kegiatan diskusi pada peluncurannya bertajuk ‘Ketika Agama (tidak) Berjumpa di Kedai Bhineka’.

Narasumber yang hadir berasal dari berbagai latar belakang agama di Indonesia. Mereka antara lain Rubi Supriyanto (dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu Shantika Dharma Malang), Roike Roudjer Kowal (dosen Pendidikan Agama Kristen), dan Khalid Rahman (aktivis moderasi beragama).

Selanjutnya, Donatus Maria Triman Andi Wibowo (Vikep Kategorial Keuskupan Malang), Kadek Yudi Murdana (dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha Kertarajasa Batu), dan Halim Tobing (Ketua Majelis Agama Konghucu Kab-Kota Malang).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement