REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Umar Sjaifudin menyebut, operasi pasar yang diselenggarakan Pemprov Jatim mulai akhir September 2022 cukup efektif menekan laju inflasi di wilayah setempat. Mengingat salah satu kekhawatiran setelah naiknya harga BBM adalah tidak terkendalinya laju inflasi.
Umar menjelaskan, salah satu parameter keberhasilan operasi pasar dalam menekan laju inflasi adalah terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan, minuman, dan tembakau pada Oktober 2022. Inflasi Jatim juga mulai tercatat melambat dalam dua bulan terakhir.
"Bahan pokok merupakan elemen yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena itu, operasi pasar adalah kebijakan yang solutif dan dibutuhkan masyarakat. Nilai manfaatnya sangat besar dan mengena tepat sasaran," ujarnya, Senin (19/12/2022).
Umar juga mengapresiasi konsep operasi pasar yang melibatkan pedagang. Menurutnya, konsep ini menghindari aksi oknum yang mengambil untung. Biasanya, operasi pasar digelar mandiri pada tempat tertentu. Harapannya, pembeli adalah masyarakat. Tapi, kata dia, tak jarang banyak pedagang memanfaatkan dengan turut membeli dan menjualnya kembali dengan harga pasar.
"Tapi ini, pedagang diajak kerja sama. Fungsi kolaborasi terwujud. Harga jual di tingkatan pedagang juga stabil," ujarnya.
Plt Kepala Biro Perekonomian Pemprov Jawa Timur, Iwan mengatakan, konsep tersebut merupakan pemerataan sehingga bisa tepat sasaran. Iwan mengatakan, program tersebut merupakan bentuk perhatian kepada masyarakat. Pemerintah menyediakan bahan pokok dengan harga terjangkau. Stok yang digelontor juga cukup besar. "Sangat bisa mencukupi kebutuhan masyarakat hingga akhir tahun," ujarnya.