REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, Muhammadiyah hadir di seluruh Indonesia, termasuk Papua. Muhammadiyah, kata dia, ingin membangun orientasi baru bahwa Papua merupakan daerah yang aman.
"Kita ingin membangun sebuah orientasi baru sebenarnya bahwa Papua itu aman," kata Haedar di Kantor PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, Jumat (23/12/2022).
Haedar menekankan, saat ada masalah atau konflik sosial yang terjadi di Papua, tidak harus diselesaikan dengan pendekatan fisik. Namun, penyelesaian masalah di Papua harus mengedepankan pendekatan sosial budaya.
"Mestinya harus ada pendekatan sosial kebudayaan dan kami siap untuk itu. Di Muktamar kemarin, kita bikin statement bahwa perlu reorientasi pendekatan dalam penyelesaian Papua," ujar Haedar.
Lebih lanjut, Haedar juga meminta agar pemerintah pusat menyusun ulang kebijakan terkait dengan penyelesaian masalah Papua. "Ketika ada problem-problem ketidakamanan, itu benang kusut yang harus diselesaikan bersama, dan kebijakan-kebijakan Jakarta (pemerintah pusat) tentu harus disusun ulang juga," jelasnya.
Terkait dengan hadirnya Muhammadiyah hingga ke Papua, dilakukan dengan membangun berbagai institusi pendidikan. Tidak hanya sekolah, namun juga dibangun perguruan tinggi untuk pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.
Hadirnya Muhammadiyah di Papua juga dilakukan dengan membangun berbagai fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Melalui berbagai upaya tersebut, membuat Muhammadiyah diterima oleh masyarakat Papua.
"Muhammadiyah tidak lewat kata-kata, kita praktikkan bahwa kebhinekaan itu kita buktikan dengan kita bisa berta'awun dan bisa bekerja sama dalam perbedaan," kata Haedar.
"Jadi Muhammadiyah tidak berbicara tentang Islam begini-begini, tapi kita praktikkan bahwa Islam ini menyatu dengan masyarakat. Maka ketika terjadi berbagai peristiwa disana, mereka bilang Muhammadiyah adalah saudara kami, itu cara kita hadir," ujarnya menambahkan.