Kamis 05 Jan 2023 21:58 WIB

Target Masuk 500 Besar Dunia, UB Terus Kembangkan Inovasi

Target itu hendak dicapai dalam waktu lima tahun ke depan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof Widodo, memberikan keterangan kepada wartawan di Gedung Samantha Krida, Kota Malang, Kamis (5/1/2023).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof Widodo, memberikan keterangan kepada wartawan di Gedung Samantha Krida, Kota Malang, Kamis (5/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) Malang menetapkan diri untuk mengembangkan diri sebagai The Future Innovation and The Future Science. Hal ini diungkapkan Rektor UB Prof Widodo kepada wartawan seusai menghadiri Rapat Terbuka Dies Natalis ke-60 dan Lustrum XII di Gedung Samantha Krida, Kota Malang, Kamis (5/1/2023).

Untuk mencapai hal tersebut, UB telah menyiapkan sejumlah infrastruktur. Salah satunya dengan menyediakan speed connection sekolah 100 Gbps. Kemudian juga mengadakan super computer dan data center yang akan diintegrasikan dengan aktivitas di UB.

Menurut Widodo, langkah pertama yang sudah dilakukan adalah koneksi atau pengembangan database dari program kegiatan mahasiswa membangun 1.000 desa. "Harapannya data akan bisa dimanfaatkan pembangunan manusia Indonesia, khususnya di Jawa Timur," kata dia.

Selain itu, Widodo juga mengungkapkan, kampusnya terus berusaha meningkatkan kualitas. Dari sisi peringkat internasional, Widodo tak menampik, UB masih berada dalam 800 besar dunia. Sebab itu, dia menargetkan UB bisa masuk 500 besar dunia dalam waktu lima tahun ke depan.

Sementara itu, Ketua Lustrum XII dan Dies Natalis ke-60 UB, Prof Unti Ludigdo mengatakan, saat ini UB juga tengah berusaha menerapkan green enterpreneur kepada mahasiswanya. Hal ini diimplementasikan melalui kurikulum bahwa menjadi wirausaha tidak sekadar berorientasi pada profit tetapi harus memperhatikan juga pada planet.

Dengan kata lain, konteks lingkungan harus tetap menjadi perhatian bersama. Jika perhatikan secara seksama, kata Unti, saat ini banyak pengusaha yang orientasinya mengeruk keuntungan dengan mengeksploitasi bumi.

Namun seorang green enterpreneur tidak boleh melakukan hal demikian. "Jadi harus memperhatikan konsep sustainablility dari bumi kita. Itu yang kita tanamkan dan harus kita kembangkan," jelasnya.

Alumni UB yang dikarakterisasi sebagai wirausaha harus memiliki tekad untuk memperhatikan lingkungan. Keuntungan penting tetapi kemanfaatan kepada bumi lingkungan jauh lebih penting. Aspek ini yang perlu dikembangkan UB ke depannya.

Untuk bisa mencapai hal itu, konten mata kuliah yang mengenai etika ekologis harus menjadi bagian dalam pembelajaran. Beberapa literatur, kata Unti, etika ekologis menjadi bagian penting untuk disampaikan kepada mahasiswa.

Hal ini bertujuan menjadi nilai penting saat para alumni melaksanakan bisnisnya kelak. "Kemudian kita memberikan satu pencerahan di dalam proses pembelajaran kita bahwa faktor lingkungan itu tidak boleh diabaikan. Di dalam menjalankan aktivitas apapun termasuk enterpreneurship," kata dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UB, Profesor Mohammad Saifur Rohman menegaskan akan berkomitmen untuk dapat memberikan penguatan dan edukasi terhadap langkah-langkah UB dalam menjaga sustainablility green campus.

Hal ini termasuk mengawal kebijakan, keuangan, konsistensi pengembangan UB dalam hal tersebut, dan sebagainya. Selanjutnya, hal ini diharapkan nantinya dapat membuat UB menjadi panutan di Indonesia maupun internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement