Senin 09 Jan 2023 09:05 WIB

Cegah Demam Berdarah, Mahasiswa UAD Sosialisasikan Ovitrap

Ini metode memerangkap nyamuk aedes aegypti dari awal proses bertelur.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
 Mahasiswa KKN Alternatif ke-48 Kelompok II B4 UAD menyosialisasikan ovitrap sebagai upaya pencegahan DBD kepada warga di Kelurahan Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta.
Foto: Dokumen
Mahasiswa KKN Alternatif ke-48 Kelompok II B4 UAD menyosialisasikan ovitrap sebagai upaya pencegahan DBD kepada warga di Kelurahan Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif ke-48 Kelompok II.B.4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar sosialisasi terkait ovitrap. Sosialisasi dilakukan untuk mengedukasi masyarakat tentang cara mencegah demam berdarah dengue (DBD).

Ketua pelaksana kegiatan sosialisasi, Rahayu Winesti menilai, sosialisasi ovitrap ini penting dilakukan mengingat DBD berdampak serius di masyaraKat. Bahkan di musim hujan saat ini, angka kasus DBD juga meningkat.

Rahayu menjelaskan, ovitrap merupakan metode memerangkap nyamuk aedes aegypti dari awal proses bertelur. Kegiatan sosialisasi sendiri dilakukan kepada warga di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta.

"Tujuannya memang untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan DBD. Diharapkan masyarakatnya juga paham tentang hal ini," kata Rahayu.

Dijelaskan, metode ovitrap sangat mudah untuk diterapkan oleh masyarakat secara mandiri. Pasalnya, masyarakat hanya perlu membuat perangkap nyamuk dengan menggunakan alat seperti gunting, lakban, cutter, atau silet.

Bahan yang diperlukan, lanjutnya, mulai dari botol plastik bekas, kresek hitam, gula jawa 50 gram, ragi sebanyak lima gram, dan air hangat 200 mililiter untuk digunakan saat bertelur.

"Untuk perangkat di atasnya diberi kain kasa untuk nyamuk bertelur, sehingga ketika dewasa nyamuk tersebut akan terperangkap dan tidak bisa terbang keluar," ujarnya.

Melalui sosialisasi ovitrap ini, diharapkan masyarakat semakin peduli dan kesadaran terhadap DBD semakin tinggi. "Sehingga kedepannya dapat menciptakan atmosfer masyarakat sehat dan bebas DBD," jelas dia.

Sementara itu, Ketua RW 02 Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta, Deni Boy Wibisoni mengatakan, sosialisasi ovitrap ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Terlebih, rumah warga sangat berdempetan dan Yogyakarta saat ini tengah dilanda musim hujan.

Kondisi tersebut menyebabkan jentik nyamuk aedes aegypti sangat mudah berkembang. Bahkan, katanya, Indonesia yang beriklim tropis juga menjadi salah satu negara dengan angka DBD tertinggi di dunia.

"Kami merasa sangat terbantu dengan adanya sosialisasi ini. Dulu kan kami biasanya menguras air, terus ganti dengan yang baru biar nyamuknya tidak berkembang biak. Namun, tetap saja masih banyak nyamuk," kata Deni.

"Yogyakarta juga sedang musim hujan, banyak genangan air sana sini. Nah, kalau menggunakan ovitrap, bisa mengurangi perkembangbiakan nyamuk aedes," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement