REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Festival Tradisi Islam Nusantara (FTIN) yang digelar di Kabupaten Banyuwangi untuk peringatan satu abad Nahdlatul Ulama (NU) disebut sebagai bentuk perpaduan nilai sejarah dan budaya yang dikemas secara menarik untuk mengingat kembali peran alim ulama di dalam menyampaikan syiar Islam di Nusantara. Dasarnya adalah Alquran, As-Sunnah, Ijma', dan Qiyas, melalui jalan dakwahnya yang seiring dengan budaya dan tradisi setempat.
"Ini adalah festival untuk melihat kembali bagaimana cara syiar Islam, cara berdakwah yang ditunjukkan oleh para alim ulama NU. Ini menjadi penegas bahwa NU konsisten menjalankan dakwah dengan jalur budaya, sebagaimana dilakukan para Wali Songo," kata Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Selasa (10/1/2023).
Menurut Khofifah, FTIN merupakan bentuk harmoninasi dan kolaborasi atas keberadaan Islam Nusantara. Apalagi, Islam Nusantara di Indonesia adalah Islam rahmatan lil alamin sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. Khofifah menambahkan, kegiatan yang merupakan bagian dari salah satu rangkaian peringatan satu abad NU itu juga merupakan wujud bahwa NU hadir dengan penuh damai.
"NU hadir untuk semua tidak hanya untuk warga NU saja, tapi juga seluruh kalangan. Bagaimana NU ada untuk membangun peradaban dan perdamaian dunia," ujar Khofifah. Terlebih, lanjut Khofifah, Islam Nusantara mengajarkan Islam yang mengajak tidak mengejek. Islam yang membina tidak menghina. Islam yang selalu memberikan jalan keluar.
Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengatakan, momentum satu abad NU bukanlah hal yang mudah dicapai. Butuh 100 tahun untuk bisa mencapainya. Islam Nusantara, kata dia, menjadi amanat besar untuk menjelaskan kepada ummat yang setiap langkahnya dimulai dari Nusantara Indonesia ini, yang selanjutnya diharapkan banyak lahir Islam Nusantara di penjuru dunia.
"Semoga FTIN bisa membuka cakrawala pemikiran yang luas. Bahwa Islam itu luas dan Islam itu ada di mana-mana," ujarnya.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, dunia mempercayai Indonesia memiliki Islam Nusantara yang hingga hari ini bisa diteladani oleh masyarakat seluruh dunia. Menurutnya, Islam Nusantara keberadaanya terus konsisten dan teguh memelihara budaya serta harmoni dan mampu meminimalisir potensi-potensi yang dapat menjadi ancaman di Indonesia.
Ia menjelaskan, FTIN bukan sembarang festival melainkan memiliki elemen unsur nilai budaya yang tinggi disertai barokah. Ia meyakini, dengan barokah dari Islam Nusantara akan menjadi pegangan dari cobaan yang dapat menghalangi kehidupan berbangsa dan bernegara.