Kamis 12 Jan 2023 12:54 WIB

Pemkot Semarang Diminta Konstruksi Ulang Tanggul di Perumahan Dinar Indah

Sejumlah warga mengeluhkan kerusakan barang berharga dan perabotan rumah tangga.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Warga perumahan klaster Dinar Indah, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang dibantu para relawan membersihkan lumpur yang terbawa sisa banjir bandang di lingkungan mereka, Ahad (8/1/2023).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Warga perumahan klaster Dinar Indah, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang dibantu para relawan membersihkan lumpur yang terbawa sisa banjir bandang di lingkungan mereka, Ahad (8/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang diminta mengevaluasi konstruksi tanggul sungai pengkol menyusul terjadinya banjir bandang yang menerjang pemukiman Klaster Dinar Indah, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jumat (6/1/2023) lalu.

Hal itu disebabkan, banjir bandang yang melanda pemukiman dan mengakibatkan korban jiwa pada awal tahun 2023 ini bukan yang  pertama kali terjadi. Namun sebelumnya sudah pernah terjadi pada tahun 2017 silam.

"Ini ternyata pernah kejadian 2017 dan untuk banjir terakhir, limpasannya cukup tinggi sekali. Tadi saya lihat dari dasar sungai hingga posisi tertinggi tanah saja sudah sekitar 6 meter," ungkap Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat meninjau tanggul darurat di perumahan Dinar Indah, Kamis (12/1/2023).

Sebenarnya, kata gubernur yang didampingi Babinsa dan Bhabinkamtibmas setempat,  tanggul sebenarnya sudah cukup tinggi. Namun debet air yang berlebih saat itu tak mampu ditahan tanggul.

Ia juga mengamini, lokasi perumahan yang dihuni lebih dari 47 kepala keluarga (KK) dan 137 jiwa ini memang daerah bahaya. Selain lokasinya di sempadan sungai, kondisi tanggul yang ada juga tidak kokoh.

Kondisi ini disebut hampir sama dengan yang terjadi di kawasan Marina. Sehingga baik di Marina maupun di Dinar Indah perlu dikonstruksi ulang tanggulnya agar lebih kuat. Menurutnya, jika melihat titik tanggul yang jebol, sebenarnya bagian bawahnya sudah terlihat agak kokoh, tapi tembok tambahan di atasnya (konstruksinya) terkesan asal jadi.

"Kayak nggak niat, sayangnya pengembangnya sudah tidak ada. Tetapi jika sudah diserahkan kepada pemerintah ya mestinya pemerintah yang membereskan tanggul ini," kata Ganjar.

Gubernur menambahkan, dengan mempertimbangkan siklus banjir yang terjadi, maka pembenahan tanggul secara permanen harus segera dilakukan.

Untuk itu ia akan berkoordinasi dengan Pemkot Semarang dan para ahli lingkungan untuk mengkaji ulang kawasan tersebut. Karena penguatan konstruksi fisik tanggul harus dilakukan agar kuat menahan lonjakan debit air.

Sementara sejumlah warga yang ditemui gubernur mengeluhkan kerusakan barang berharga dan perabotan rumah tangga akibat banjir bandang beberapa waktu lalu. Belum lagi banjir tersebut juga  menyisakan lumpur yang cukup tebal.

Mereka juga mengaku, sejumlah anak-anak juga belum bisa beraktivitas di sekolah dengan normal. "Karena banjir limpasan sungai Pengkol juga menghanyutkan pakaian termasuk seragam sekolah," ungkap Kris, salah seorang warga.

Menanggapi keluhan ini, gubernur menyarankan warga bersurat kepada Gubernur Jawa Tengah. "Ya sudah, nanti kirim surat ke kantor gubernur, tulis kebutuhannya apa saja, seragam, sepatu, nanti kita belikan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement