REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Pemutaran film Ahmad Tohari, Kesaksian Tanpa Batas digelar pada Rabu (11/1/2023) malam. Film yang mengisahkan sosok dan proses kreatif maestro sastra Indonesia ini sampai diputar dua kali karena membludaknya penonton di Praketa Coffeshop & Creative Hub, Purwokerto, Kabupaten Banyumas.
Program Manager Museum Virtual Ahmad Tohari (MVAT) sekaligus Koordinator Nonton Bareng Film Ahmad Tohari Kesaksian Tanpa Batas, Kemal F Ramadhan, mengatakan hanya menargetkan 40 kursi terisi sesuai kapasitas ruang pemutaran.
Namun ternyata pengunjung yang datang melebihi ekspektasi. Film pun lantas diputar dua kali, agar semua penonton dapat melihat film secara utuh dan seksama. "Kami tidak menyangka animo penonton luar biasa banyak," kata Kemal, Kamis (12/1/2033).
Mayoritas penonton berasal dari kalangan mahasiswa, komunitas kreatif, serta akademisi. Film dokumenter yang berdurasi 26 menit ini merupakan arsip dan dokumentasi maestro sastra dari seri On The Record Tokoh Penulis Indonesia.
Film ini diproduksi pada tahun 2004 oleh Yayasan Lontar dan disutradarai oleh Shanty Harmayn. Pemutaran film tersebut jadi bagian agenda berkala MVAT terkait pengumpulan dan aktivasi arsip tentang Ahmad Tohari.
"Film ini juga menandai sosok Ahmad Tohari yang menjadi tonggak sejarah kesusastraan Indonesia. Kemudian film ini juga non komersial, karena dikerjakan untuk promosi sastra Indonesia ke luar negeri," ujarnya.
Film Ahmad Tohari Kesaksian Tanpa Batas mengangkat kepengarangan Ahmad Tohari sebagai tokoh penting dalam sejarah sastra indonesia. Alur film dibangun dengan mengetengahkan aspek psikologis, latar belakang, hingga proses kreatif Ahmad Tohari menulis novel Kubah dan Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang berwarna geger politik 65.
Kemal menjelaskan, tujuan khusus film dokumenter ini diputar oleh MVAT untuk mengaktivasi arsip tentang Ahmad Tohari dan edukasi sastra ke khalayak luas. Sedangkan tujuan umumnya agar dokumentasi sosok dan karya Ahmad Tohari dapat membawa pengaruh kreatif ke berbagai kalangan di Banyumas.
Ahmad Tohari mengatakan dirinya sangat senang dan mengapresiasi apa yang dilakukan oleh kolektif seni Banyumas dalam mendokumentasikan karya-karya serta kehidupannya melalui MVAT. Museum ini nantinya akan sangat penting bagi perkembangan literasi generasi muda Indonesia.
"Menurut saya ini akan bermanfaat bagi generasi muda memasuki dunia literasi, karena literasi atau kegiatan membaca dan menulis itu sangat penting untuk pengembangan pribadi anak-anak muda. Saya berharap mereka nanti bisa mengakses lewat internet tentang museum virtual itu dan terinspirasi untuk melahirkan karya mereka sendiri," ucapnya.
Dia mengungkapkan, akan sangat berbeda antara museum konvensional yang harus dikunjungi dengan Museum Virtual ini. Salah satunya jangkauan yang lebih luas hingga bisa diakses banyak kalangan.
"Tujuan terbesar dalam hidup saya adalah mengembangkan dunia literasi di Indonesia ini, dan karena sekarang zamannya sudah serba digital, ya melalui dunia digital. Saya harap perkembangan sastra Indonesia ikut berkembang," tuturnya.