Senin 16 Jan 2023 14:45 WIB

Takut Terkena Lumpuh LSD, Peternak Sapi Sragen Lebih Memilih Jual Rugi

Banyak peternak yang belum pulih dari dampak penyakit kuku dan mulut.

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
 Sapi di daerah Gemolong, Sragen, yang terpapar LSD, Senin (16/1/2023).
Foto: Muhammad Noor Alfian
Sapi di daerah Gemolong, Sragen, yang terpapar LSD, Senin (16/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Para peternak sapi di Sragen, Jawa Tengah, khawatir sapinya lumpuh dikarenakan terserang virus Lumpy Skin Disease (LSD). Akhirnya mereka memutuskan untuk menjual rugi sapi-sapi yang diduga terserang virus tersebut.

Salah satu peternak asal Desa Bakalan Kecamatan Gemolong, Sragen, Sajimin (67), mengeluhkan lantaran banyak peternak yang belum pulih dari dampak penyakit kuku dan mulut (PMK). Namun kini sudah ada penyakit baru yang membuat harga sapi terpuruk.

"Sapinya itu mrekotok (bentol-bentol) dan kakinya bengkak. Tidak mau makan, makannya tidak seger. Ya saya jual, karena nanti kalau sampai lumpuh ndak laku dijual. Itu saya jual Rp 8,5 juta dari belinya Rp 16,5 juta. Itu belum pakannya juga," kata dia.

Dijelaskan bahwa sapinya berjenis simental. Ia menceritakan sapi tersebut sebelum dijual sempat diobati dua kali oleh mantri hewan di wilayah setempat. "Kata petugas itu harus sabar. Tapi sabar kalau nanti sampai lumpuh gimana, malah ndak ada harganya," ujarnya.

Terpisah, sebanyak 12 ekor sapi milik Sakiman, warga Desa Peleman, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, terpapar virus LSD. Akibatnya muncul benjolan di sekujur tubuh sapi hingga kaki bengkak.

"Pertama muncul benjolan di bagian bawah, hanya beberapa. Hari kedua benjolannya merata hampir seluruh badan,” kata Sakiman.

Menurutnya tanda tanda tersebut terlihat empat hari sebelumnya. Yakni berupa benjolan pertama di sekitar leher dan badan sapi. "Saya kira benjolan itu akibat gigitan serangga. Kemudian saya meminta mantri hewan untuk mengecek," katanya.

Selain itu, virus LSD tersebut juga menyebabkan kaki sapinya menjadi agak bengkak. Nafsu makan dan minum sapi itu juga menurun, berimbas pada bobotnya. Dua ekor sapi di kandang Sakiman pun terkena LSD semua.

"Sudah diobati, yang satu terpaksa dijual dengan harga murah daripada sapi tak mau berdiri, harga sapi jauh lebih murah,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement