Kamis 19 Jan 2023 21:59 WIB

Penyebaran Penyakit LSD Cepat, Perlu Isolasi dan Penanganan Segera

Sebanyak 82 ekor sapi di Kabupaten Semarang dinyatakan suspect penyakit LSD.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
 Pengawasan oleh petugas kesehatan hewan terhadap aktivtas perdagangan hewan ternak sapi di Pasar Hewan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Foto: Bowo Pribadi
Pengawasan oleh petugas kesehatan hewan terhadap aktivtas perdagangan hewan ternak sapi di Pasar Hewan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak sapi di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menyebar dengan cepat. Sejak kali pertama ditemukan kasusnya di Kecamatan Ungaran Barat pada September 2022 lalu, penyakit yang menyerang kulit sapi ini telah meluas.

Total sudah ada 819 ekor sapi di Kabupaten Semarang yang terindikasi telah terserang oleh penyakit LSD.  Sedangkan per Rabu (18/1/2023) kemarin, sebanyak 82 ekor sapi dinyatakan suspect penyakit LSD ini.

“Jumlah terbanyak di Kecamatan Bancak, yang mencapai 42 ekor sapi,” kata Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertankap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Kamis (19/1/2023).

Kecamatan Bancak, lanjutnya, juga mencatat jumlah akumulasi sapi terbanyak akibat penyakit LSD. Tercatat jumlah sapi yang terkena penyakit ini di wilayah ini mencapai 245 ekor.

Terkait pengendalian penyakit LSD, masih kata Sunu, Dispertanikap telah mengajukan permohonan vaksin dan obat kepada Dinas Pertanian dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Jateng.

Karena sampai saat ini belum ada alokasi obat untuk menangani kasus penyakit LSD di Kabupaten Semarang. “Kami sudah mengajukan karena petugas di lapangan sebenarnya sudah siap untuk melakukan vaksinasi,” tegas Sunu.

Ia juga menyampaikan, dalam upaya mengendalikan penyebaran penyakit LSD ini, tim kesehatan hewan Dispertanikap juga terus mewaspadai dan melakukan pengawasan hingga di pasar-pasar hewan ternak yang ada di daerahnya.

Jika ada blantik maupun pemilik pemilik hewan ternak (sapi) yang terindikasi terjangkit LSD diminta untuk kembali pulang dan untuk sementara tidak beraktivitas di pasar hewan untuk mencegah penyebaran.

Walaupun tingkat morbid atau risiko kematian hewan dan keparahan penyakit LSD lebih rendah dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), penyebarannya juga tergolong cepat. “Kami mengimbau warga atau peternak sapi untuk menjaga kebersihan kandang, pemberian vitamin serta makanan atau pakan yang baik,” tegasnya.

Terkait penyebaran penyakit LSD ini, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, meminta jajarannya sigap dalam melakukan penanganan, termasuk melakukan isolasi dan treatment untuk menangani hewan ternak yang terserang.

“Ilmunya, kita pakai penanganan kasus PMK saja, begitu kasusnya ditemukan, ditutup, diisolasi terus kemudian lakukan treatment,” ungkapnya.

Ganjar mengaku sudah menerima informasi terkait penyakit LSD yang menyerang sejumlah hewan ternak sapi di Jateng. Maka untuk mencegah penyebarannya, Disnakkeswan Jateng diminta segera melakukan tindakan cepat.

Yang utama cepat diambil ‘sampelnya’ bawa ke laboratorium agar tidak salah dalam mengambil tindakan (penanganannya). Gubernur juga mengingatkan, di era sekarang ini akan muncul hal-hal semacam ini, karena penyakit baru akan terus bermutasi dari yang lain.

Maka peran penyuluh peternakan menjadi penting. “Mereka itu garda terdepan dalam berkolaborasi dengan peternak dalam menangani penyakit pada ternak yang muncul di masyarakat,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement