Rabu 25 Jan 2023 13:34 WIB

Masih Ada yang Enggan, Ortu Diminta Penuhi Imunisasi Campak Anak

Pada 2022 lalu ada peningkatan kasus campak di Kota Yogyakarta.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Imunisasi polio dan campak pada balita (Ilustrasi)
Foto: Republika/Musiron
Imunisasi polio dan campak pada balita (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Peningkatan imunisasi campak di Kota Yogyakarta masih terkendala dengan sebagian orang tua (ortu) atau kelompok yang enggan untuk mengimunisasi anaknya. Bahkan, dari kasus campak yang ditemukan pada 2022 lalu, merupakan anak yang belum diimunisasi.

"Masih ada yang berpendapat vaksin (campak) itu haram, masih ada faktor halal haram, ada yang masih berpendapat tidak perlu, cukup pakai yang tradisional saja. Masih ada kelompok-kelompok tertentu yang menolak," kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan, Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah kepada Republika.

Lana menyebut, pada 2022 lalu ada peningkatan kasus campak di Kota Yogyakarta. Pihaknya mencatat ada sembilan kasus campak, bahkan dari kasus itu ada yang ditemukan memiliki hubungan epidemiologi. "Dua kasus (yang memiliki hubungan epidemiologi) kami temukan Agustus, itu ternyata belum diimunisasi campak rubella atau MR," ujarnya.

Untuk itu, Lana meminta agar orang tua memenuhi imunisasi campak bagi anaknya. Hal ini guna melindungi anak dari penyakit campak, mengingat ada peningkatan kasus di Kota Yogyakarta meski tidak dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB).

"Kami mengimbau kepada seluruh orang tua yang punya bayi, balita, kalau waktunya sudah imunisasi ya imunisasi," jelasnya. Ia menegaskan agar orang tua untuk tidak khawatir dengan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) setelah anak diimunisasi.

KIPI yang terjadi, kata Lana, merupakan hal yang wajar setelah anak menerima vaksin campak tersebut. "Kalau misalkan setelah imunisasi anaknya demam itu reaksi wajar. Karena manfaat yang kita dapat dengan seseorang anak divaksin itu lebih besar manfaatnya, dibandingkan dengan KIPI yang merupakan reaksi sementara yang timbul pasca-imunisasi," tambah Lana.

Disebutkan, gejala-gejala yang terjadi saat anak menderita campak yakni mengalami panas, demam, mata merah, batuk dan pilek, hingga ruam atau terjadi kemerahan pada kulit. Hal yang mengkhawatirkan terhadap campai ini, katanya, dapat terjadi komplikasi.

Terutama pada anak yang tubuhnya tidak dalam kondisi fit. "(Komplikasi) Bisa jadi radang telinga, radang paru, bahkan ke radang otak," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement