REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sarana perpustakaan desa dinilai menjadi kunci penting dalam pengembangan literasi. Sebab itu, pembangunan perpustakaan di desa-desa harus menjadi perhatian.
Presiden Persatuan Pustakawan Malaysia, Ghazali Mohamed Fadzhil menjelaskan, perpustakaan desa merupakan gerbang pertama pengenalan buku kepada anak-anak. Di Malaysia, pembangunan perpustakaan desa ini membentuk pola pikir dan pemahaman anak-anak tentang perpustakaan ketika ia dewasa.
Jika tidak mengenalkan perpustakaan sejak dini, maka mereka akan tumbuh dengan persepsi yang salah mengenai perpustakaan dan pustakawan. "Lebih buruknya, jika anak-anak baru mengenal perpustakaan semasa kuliah, maka perpustakaan hanya sekedar menjadi tempat mengerjakan tugas,” katanya dalam dalam seminar internasional Bridging Internasional Networking, Library Partnership and the Future of Libraries di Teater Dome UMM.
Di samping itu, dia mengungkapkan, terdapat sederet tantangan lain dalam mengelola perpustakaan. Salah satunya kualifikasi pustakawan yang minim di sebagian sekolah. Hal itu terjadi karena pustakawan memiliki dua tanggung jawab, yakni sebagai guru dan mengurus perpustakaan.
Permasalahan lain adalah laporan yang hanya terfokus pada angka seperti jumlah pengunjung dan juga jumlah buku. Sebab itu, perlu adanya fokus di kegiatan ekonomi dan sosial. Jika di Malaysia, pihaknya berhasil membangun komunitas bisnis kuliner hanya dengan mengadakan acara memasak tiap pekannya.
Sementara itu, Ketua Umum Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Pusat, Mariyah, mengapresiasi kegiatan seminar internasional ini. Hal ini menjadi langkah baik bagi perpustakaan Indonesia untuk berjejaring di ranah Internasional.
Terkait pengukuhan pengurus baru FPPTI Jatim, ia mengucapkan selamat dan juga harapan agar pengurus baru bisa lebih memajukan perpustakaan dan pustakawan di Jatim. FPPTI wilayah Jawa timur merupakan cabang FPPTI yang sangat aktif dalam hal inovasi dan juga daya saing.
Ia berharap hal ini tidak akan menurun dan akan menjadi semakin baik. Kemudian diharapkan dapat menjadi wadah kerja sama perguruan tinggi yang memiliki karakter, unggul, berintegritas, terpercaya, serta memiliki reputasi di tingkat nasional maupun internasional.
Terkait pengembangan perpustakaan, Wakil Rektor I UMM, Prof Syamsul Arifin mengatakan, tantangan membangun perpustakaan semakin berat. Hal ini terjadi karena terbukanya industri 4.0. Dampaknya, berbagai toko buku mulai sepi sehingga omset dan kesejahteraan orang-orang di dalamnya juga menurun.
Melihat kondisi tersebut, kemampuan adaptasi dengan melakukan berbagai inovasi sangat dibutuhkan pada masa sekarang. "Tiga prinsip yang harus dipegang untuk membangun kolaborasi yaitu buka hati, buka pikiran dan memiliki kemauan yang terbuka,” jelasnya.