REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang mengancam seluruh wilayah Jatim. Imbauan tersebut merujuk pada prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda yang menyebutkan adanya potensi peningkatan cuaca ekstrem di Jatim pada 27 Januari hingga 2 Februari 2023.
"Berdasarkan peringatan dini dari BMKG, kami mengimbau agar masyarakat selalu waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi. Pemerintah kabupaten/kota juga diimbau untuk menyiapkan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan," kata Khofifah, Senin (30/1/2023).
Khofifah mengungkapkan, berdasarkan data dari BMKG, ada beberapa daerah di Jatim yang diprediksi mengalami cuaca ekstrem. Antara lain Surabaya, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Gresik, Lamongan, Tuban, Jombang, Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Ngawi, Magetan, Trenggalek, Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Kabuoaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Batu.
Kemudian ada Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Banyuwangi, Situbondo, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, Sumenep, Sidoarjo, Bojonegoro, Ponorogo, dan Pacitan. "Masyarakat dimohon untuk selalu berhati-hati dan selalu memantau informasi terkini terkait perkiraan cuaca agar bisa mempersiapkan diri dengan baik" ujarnya.
Khofifah mengaku telah menugaskan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim untuk memetakan titik-titik rawan banjir dan longsor. Ia juga meminta BPBD Jatim untuk selalu siap siaga. Selain itu, ia juga meminta petugas penanggulangan bencana Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk siap siaga menghadapi cuaca ekstrem dan potensi terjadinya bencana di wilayah Jatim.
Berdasarkan analisis iklim yang dilakukan BMKG, disebutkan adanya pola tekanan rendah di Australia bagian barat yang mengakibatkan terbentuknya konvergensi atau pertemuan angin di wilayah Jatim. Hal ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan-awan konvektif.
Situasi tersebut menimbulkan potensi terjadinya La Nina, Gelombang Rossby, dan Gelombang Kelvin. Kemudian di wilayah Jatim dapat meningkatkan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, puting beliung, hujan es, maupun tanah longsor di wilayah dataran tinggi.